Kamis, 25 Juli 2013

Surat Cinta Untuk Suamiku


Bangkinang 23 Juli 2013
Teruntuk lelaki semesta
Azzuri Al Bajuri
Di bumi Bertuah

Azzuhri suamiku kau tahu? Menulis tentangmu membuat aku lupa bagaimana harus merangkai huruf menjadi kata, menjadi kalimat, menjadi paragraf, menjadi kisah. Terasa kaku sekali. Mungkin saja kekakuanku disebabkan rasa bahagiaku yang teramat besar. Beruntung sekali menjadi pendamping lelaki sepertimu. Lelaki semesta, begitu yang kutahu dari angin, dari ceritamu. Sungguh aku kebingungan syukur seperti apa yang harus kuluahkan atas anugerah terindah yang Allah hadiahkan untukku.

Selasa, 25 Juni 2013

Perahu Itu Telah Menemukan Pelabuhannya



Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab nyata (Lauh Mahfuz) Qs. Al-An’am:59
            Begitupula pertemuanku dengannya. Jauh sebelum aku menarik napas pertama, kisah itu sudah tersimpan di balik langit, di buku takdir.

            Masih teringat perbincangan di Januari yang galau.
            “Kakak ingin menikah cil.” Ucapku berkabut.
            Seperti biasa, junior sekaligus sahabat dekatku ini akan menawarkan sederet nama-nama ikhwan sebagai caranya menghiburku yang terserang galau stadium akhir.

Jumat, 21 Juni 2013

Senja Juni Ini


                               
                Bu, senja juni ini merah jambu yang membuat kuntum-kuntum bermekaran menebar haru. Dan ribuan kicaun burung yang singgah di pematang sawah terdengar merdu sekali.
         “Bu, bolehkah aku menikah?” Tanyaku beberapa bulan yang lalu. Kau hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku ,mungkin saja lucu bagimu sebab aku dimatamu masih terlalu kekanak-kanakan.
          “Aku serius bu ingin menikah.” Ujarku meyakinkan  sepasang matamu jika aku  bukan main-main.
             “Mau menikah dengan siapa? Udah ada calon?” Tanyamu yang membuat aku bungkam sebab saat itu jawabannya masih  terasa samar.
            Hanya hening yang menyilap diantara percakapan kita di petang itu.
            “Menikahlah, tapi ibu ingin seorang menantu yang bisa dijadikan penceramah di mesjid.” Dan petang itu gerimis yang turun perlahan membawa harapmu ke langit. Dia yang akan menikahiku seperti yang kau inginkan bu mungkin lebih, InsyaAllah.

Rabu, 12 Juni 2013

Selalu Istimewa - Ematul Hasanah


                                                                Oleh: Irma Suraya 
Basmalah. Harus kembali banyak mengingat dan mengulang kisah. Ternyata waktu memang sangat cepat berlalu, sangat cepat. Ya, yang aku tau aku memang berkenalan dengannya lewat friendster, 2008, awal masa kuliah, saudaranya temanku di SMA dulu. Dan aku pun lupa, bagaimana akhirnya aku percaya dengan memberikan no.hp. walaupun saat itu belum marak penipuan dunia maya, tapi biasanya aku selalu bersikap waspada dengan orang yang baru dikenali dan selalu tertutup.

Tapi entah apa yang ia punya, pertemanan dunia maya itu menjadi dunia nyata. Walaupun kami belum pernah bertemu, seolah percaya, saling bercerita satu sama lain, bercerita tentang luka masa lalu, rumit masa sekarang ataupun mimpi masa depan.

Dan itu bertahan bertahun-tahun ! ah, aku pun tak tau bagaimana itu terjadi. Yang ku tau sekarang, Allah memang menakdirkan kita saling mengikat hati, saling menguatkan, saling berbagi, saling melukis pelangi, mungkin, seperti yang selalu engkau ungkapkan di bait-bait tulisan mu.

Senin, 27 Mei 2013

Mempersentasikan Harapan


Pada rangkain bangau kertas
kutuliskan ribuan harapan pada tiap sayapnya
kemudian kusuruh mereka terbang untuk menyampaikan kepada pemilik harapan
semoga esok juga sampai kepadamu

Saya ingin menikah, kemudian memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehah dari seorang lelaki yang sholeh
Saya ingin menjadi penulis yang bukunya laris manis, kemudian royaltinya bisa saya gunakan sebagai biaya S2 untuk mendalami tentang sastra
Saya ingin menjadi pengusaha memiliki banyak uang yang saya bisa gunakan untuk membantu keluarga terutama menghajikann Ibu
Saya ingin melewati musim semi, menemui musim gugur dan menatap guguran salju ah tinggi sekali bukan?
Tapi yang paling pasti saya teramat ingin menjadi wanita sholehah yang dicemburui para bidadari surga

Senin, 20 Mei 2013

Kepadamu Lelaki Berhati Malaikat




        Apa yang harus kutulis tentangmu Paman? Tentang hatimu. Sekalipun Mei ini tak basah, kuntum-kuntum akan tetap bermekaran di hatimu. Begitulah Paman kau yang menjelma menjadi malaikat di keluargaku, datang bersama hujan dan matahari beranak pelangi sehingga aku mulai berani merangkai mimpi. Andai saja kau tak seperti ini mungkin aku hanya bisa menyembunyikan mimpi pada ribuan sayap burung-burung yang kutemui di setiap hijaunya pematang sawah. Tapi Paman, kasih  sayang Allah selalu melimpah-limpah. Menjadikan hatimu seperti malaikat untuk menanggung segala biaya hidupku bahkan juga keluargaku. Begitu pula dulu untuk beberapa bulan yang lalu. Aku yang kebingungan mencari berlembar-lembar rupiah untuk menyelesaikan mimpi serjanaku. Dan lagi kau yang menjelma menjadi malaikat. Padahal pagi itu basah, kau tetap saja menjumpaiku dengan sejumlah rupiah yang aku butuhkan bahkan lebih. Sehingga aku tak mampu menahan haru yang menumpuk di ujung mataku. Sunggu Paman terkadang ingin sekali aku memasuki hatimu sekedar melihat hati malaikat yang kau miliki.
            “Kalian tak akan pernah menemukan Paman sebaik ini pada Paman siapa pun.” Begitu yang selalu dikatakan Ibu dan aku menyimpannya dalam-dalam takut sekali membuatmu kecewa. Maka Paman, pada setiap hujan yang turun aku menitipkan namamu berharap langit menyediakan istana untukmu di Syurga nanti. Sebab hanya itu yang mampu kubingkiskan untukmu walaupun kau tak pernah menuntut apa-apa dariku selain menjadi gadis baik-baik. Terima kasih Paman, sungguh aku menyayangimu seperti putihnya awan, beningnya embun, dan jernihnya mata air.


          

Jumat, 17 Mei 2013

Aku Menamainya Pelangi



          Tiba-tiba saja  menulismu tentangmu jemariku menjadi kaku. Mungkin saja kau tak bisa kudefnisikan dengan kata tak juga dengan lisan. Aneh sekali bukan? Ah bukankah kita sudah terbiasa dengan keanehan?
            Aku tahu, kau pasti sedang tersenyum-senyum membaca tulisanku ini. Dan itu tak masalah bagiku. Aku hanya khawatir kau akan menggunakan jurus angin yang seperti biasa kau lakukan setiap kali bertemu dengan wajahku. Untuk sebuah alasan yang belum mampu teredeteksi. Opss, sebenarnya begini bukan aliran tulisanku. Kau juga tahu tulisanku adalah pemilik melankolis sejati. Tapi entah kenapa membiarkan dirimu mengalir di ujung jemariku hanya kekonyolan yang mampu kukenang.
            Kau yang kusebut sahabat,  begitu yang bisa kusimpulkan dari kedekatan kita walaupun  usiamu satu tahun lebih muda dariku. Kau juga tak keberatan bukan? Bahkan kau selalu merasa menjadi nenek setiap kali berbicara denganku. Terlalu kekanak-kanakan kah aku? Entahlah , yang kutahu menjadi sahabatmu membuat senjaku lebih istimewa sehingga aku paham, aku  memiliki sayap untuk kubawa terbang merangkai mimpi . Mungkin  benar sahabat itu adalah seseorang yang selalu memberikan energi positif untuk kau terus berkarya. Dan aku menemukan itu pada dirimu. Kau perempuan  yang cerdas. Yang terkadang bisa mengalahkan om Mario Teguh untuk mengembalikkan kepercayaan diriku yang pasang surut seperti air laut. Walaupun di sisi lain kau  terlihat odong sekali. Ah bukankah aku juga sama odongnya denganmu hahaha. Justru karena itulah persahabatan kita penuh dengan  warna yang kunamai dengan pelangi. Maka aku hanya berharap persahabatan kau dan aku hanya akan bermuara pada satu tempat, Ridho Allah. Sama seperti aliran sungai-sungai yang hanya akan bermuara pada saau tempat, laut.

Senin, 13 Mei 2013

Laut




"Jika suatu saat kau teramat letih
datanglah ke tempat ini
Menjumpai pantai, mendengarkan debur ombak dan menunggu terbitnya senja

Maka laut akan membuatmu paham bahwa hari yang kau lewati harus selalu biru"

Cerita Ayah, dulu lama sekali

Minggu, 12 Mei 2013

Lelaki Yang Akan Menikahiku Kelak


Lelaki yang akan menikahiku kelak
tidaklah semulia Muhammad
tidak setaqwa Ibrahim
tidak sepandai Sulaiman
tidak secerdas Isa
tidak seberani Ismail
apalagi setampan Yusuf
Tapi hanya lelaki akhir zaman yang berusaha menjadi shaleh.
Karena akupun
tak semulia Khadijah
tak secerdas Aisyah
tak secantik Bilqis
tak pula setaqwa fatimah
akupun hanya wanita penuh dosa yang mencoba menjadi shalehah


Seperti sebuah perahu, berlayar melewati aliran sungai menuju laut bahkan samudra. Hingga menemukan pelabuhan untuk berhenti. Begitu pula dengan hati, esok ketika Allah telah piihkan waktu yang tepat


Selasa, 23 April 2013

Kuliah Twit Persiapan Nikah @salimafillah

Kuliah Twit Persiapan Nikah @salimafillah
Oleh: Ustd. Salim A. Fillah

1. Dalam isyarat Nabi tentang #Nikah, ialah sunnah teranjur nan memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati.


2. Maka #Nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan & persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. “Ba’ah” adalah parameter kesiapannya.

3. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat #Nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

4. Persiapan #Nikah hendaknya segera membersamai datangnya baligh, sebab makna asal “Ba’ah” dalam hadits itu adalah “Kemampuan seksual.”

5. Imam Asy Syaukani dalam Subulus Salam, Syarh Bulughul Maram menambahkan makna “Ba’ah” yakni: kemampuan memberi mahar & nafkah. #Nikah

6. Mengompromikan “Ba’ah” di makna utama (seksual) & makna tambahan (mahar, nafkah), idealnya anak lelaki segera mandiri saat baligh. #Nikah

7. Jika kesiapan #Nikah diukur dengan “Ba’ah”, maka persiapannya adalah proses perbaikan diri nan tak pernah usai. Ia terus seumur hidup.

8. Izinkan saya membagi Persiapan #Nikah dalam 5 ranah: Ruhiyah, ‘Ilmiyah, Jasadiyah (Fisik), Maaliyah (Finansial), Ijtima’iyah (Sosial)

9. Persiapan #Nikah perlu start awal. Salim nikah usia 20 th, tapi karena persiapannya dimulai umur 15 th, maka tak bisa disebut tergesa.

Senin, 22 April 2013

Apa Kabar?

        Apa kabar?  Kalimat ini terasa kaku sekali bukan? Seharusnya wajar saja jika aku bertanya kabarmu untuk wajah kita yang lama sekali tak saling bersitatap. Mungkin hampir setahun. Rindu? Tentu saja seperti senja kita yang masih saja ranum, masih saja indah, masih saja istimewa yang masih meyediakan ruang untuk kita berbincang  sederhana tentang mimpi-mimpi kita.

        Apa kabar? Kudengar dari angin kau sudah menyelesaikan kuliah kedokteranmu. Selamat aku ikut bahagia, akhirnya mimpimu menjadi nyata. Bagaimana dengan lelaki ilalangmu? Bukankah kau dulu sangat ingin menikah dengan lelaki yang menghadiahkan seribu ilalang untukmu? Konyol sekali bukan ? Sama konyolnya dengan impian cinderelaku.

Minggu, 14 April 2013

Aku Menyebutnya Rumah


Aku menyebutnya rumah. Di sini kami menanam mimpi berharap setiap katanya tumbuh menjadi mawar yang wanginya sebagai pengantar kami ke syurga InsyaAllah.
            “Ema mau jadi pengurus Flp?” sepotong sms dari salah seorang teman sekitar dua tahun  lalu yang menawarkanku menjadi bagian dari keluarga flp.
            Bahagia, mungkin begitu aku bisa mendefenisikan hati. Walaupun setahun sebelum tawaran itu datang aku sudah resmi menjadi anggota flp. Hanya saja kerena aku orangnya biasa-biasa saja dan cendrung pemalu sehingga radar flp tak bisa mendeteksi kebaradaanku saat itu.Tapi ibarat kata pepatah, jodoh itu tak akan kemana. Begitu pula jodohku dengan flp.
            Bermula menjadi pengurus di bidang kaderisasi. Bermodalkan semangat 45 menjalin hubungan sksd dengan pengurus terutama akhwat. Yang malah sempat terjadi perkenalan yang cukup menggelikan jika di putar ulang.