Minggu, 16 September 2012

Aku Ingin Jadi Anak Rohis

          Aku membenci golongan ini. Yang selalu berlagak sok alim dan sok suci. Setiap waktu mendatangi Musallah Sekolah tak hanya di jam-jam sholat yang kutahu. Entah apa yang mereka lakukan. Belum lagi dari golongan perempuan yang membuat mataku gerah. Sama sekali tak memiliki gaya tarik dengan pakaian serba tertutup bahkan berlapis-lapis, lengkap dengan sarung kaki, dan juga sarung tangan. Tak ingin disentuh dan yang paling menjengkelkan saat berbicara tak pernah ingin menatap lama. Benar-benar kelompok yang kolot. Seolah-olah hanya mereka saja yang beragama islam.
            Aku juga beragama islam bahkan kedua orang tuaku sudah berangkat haji. Tapi tak pernah kujumpai Ibu menggunakan jilbab yang begitu dalam, berlapis-lapis, apalagi kaus kaki. bahkan kadang Ibu tak berjilbab jika berada di luar rumah. Begitupun dengan Ayah selalu menerima jabatan tangan dari siapapun.
Namun meskipun mereka berpenampilan serba ekstrim tetap saja mereka menjadi pelajar unggulan. Aneh memang, terutama di kelasku sudah tiga semester berturut-turut dari golongan mereka saja yang memegang tiga terbaik. Siapa lagi jika bukan golongan yang beridentitaskan Rohis. Ya, salah satu ekstrakulikuler yang berada di sekolahku. Yang merubah mereka menjadi orang-orang yang memuakkan.

Jumat, 14 September 2012

Aku Tahu Itu Sulit Untukmu Bu


                   Bu, aku tahu itu teramat sulit untukmu. Menghidupi kami dengan keringatmu. Tanpa ada seorang suami yang bisa kau andalkan. Meski saudara-saudaramu teramat peduli dengan kondisimu. Menawarkan janji-janji masa depan yang lebih indah dengan menempatkan kami ke bangku Universitas yang tentunya tak akan mampu jika hanya mengaharpakan penghasilan darimu. Bukan hanya itu saudar-saudramu juga peduli setiap kali lebaran datang berkunjung, memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang kami inginkan hingga tak seincipun kami pernah merasakan kekurangan walaupun seharusnya bukan ke mereka tempat kami mengadu sejak Ayah tiada. Masih ada Abang dan kakak yang seharusnya bertanggung jawab atas makan, pakaian, bahkan pendidikan sekalipun. Tapi entah lah Bu aku tak pernah paham dengan sikap mereka yang begitu dingan. Seolah-olah tak ada darah yang menyatukan kami. Dan aku memang tak mampu untuk melakukan apapun untuk sekedar menuntut. Bukan karena lemah tapi kerenamu Bu yang tak pernah mengizinkan aku untuk melakukannya.

Selasa, 11 September 2012

Kota-Kota Yang Ingin Saya Kunjungi

Masjidil Haram Saudi Arabiya

Mekah


Gili Trawangan-Lombok

Senja di Gili Trawangan

Kaki gunung Rinjani Gili Trawangan

Menara Namsan di Korsel

Korea di Musim Gugur

Korea di Musim Semi

Korea di Musim Salju

Semoga Esok Tak Hanya Sekedar Angan

Minggu, 09 September 2012

Si Unyung Sayang

                                        
                                    Si Unyung lagi bergaya
                                Si Unyung sayang adek

                            Si Unyung lagi lalok
                           Si Unyung yang suka bersih-bersih
                            Si Unyung lagi lalok lamak
                         Si unyung "Sarange"


                           

Kamis, 06 September 2012

5 September

   
                                                                                                           
-->
        5 Sepetember empat tahun sudah berlalu malam-malam menyesakkan dada, atas sebuah kehilngan yang membuatku menghabiskan ratusan lembar kertas hanya untuk bercerita tentangmu entah sebab alasan apa. Perasaankah? Entahlah aku tak pernah paham dengan perasaan, tapi yang kutahu saat itu aku suka menjadi temanmu, berbagi sedikit keluhku, dan mendengarkan ratusan nasehat darimu ataupun sebuah cerita lucu sebagai caramu menghiburku, walaupun kadang sama sekali tak lucu. Begitulah persahabatan itu terjalin. Mungkin saja berbentuk perasaan meski teramat kaku karena terlalu sulit untuk mengakui tak seperti remaja seusia kita begitu mudah mengumbar rasa. Mungkin juga sebab kau dan aku terlalu malu ataupun gengsi yang coba kita pertahankan. Ah itu tak penting toh akhirnya kita sama-sama tahu meski hanya dalam bilangan hari. Karena prinsip yang coba kita pertahankan yang harus pergi tanpa ada penyelesain perasaan. Tapi bukankah telah usia?