Selasa, 19 Juni 2012

Islam Itu Sangat Ilmiah

 

Judul               : Islam Itu Sangat Ilmiah
Penulis             : Agus Susanto
Penerbit           : Najah
Cetakan           : Pertama, Maret 2012
Tebal               :  252 Halaman
            Agama tanpa ilmu itu buta, sedangkan ilmu tanpa agama akan lumpuh. Demikianlah ungkapan Einsten, yang menandakan adanya relasi yang kuat antara agama dan ilmu pengetahuan. Ini pula yang berlaku pada agama islam dengan ilmu pengetahuan.
            Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridhoi Allah swt. Untuk dijadikan sebagai pedoman hidup manusia hingga akhir zaman. Sebagai agama yang diharapkan menjadi tuntutan hidup, Islam telah sempurna dan mencakup segala sesuatu yang dibutuhkan manusia.
            Salah satu hal penting sebagai bukti bahwa islam merupakan satu-satunya agama yang benar dan cocok dijadikan sebagai pedoman hidup manusia adalah adanya keselarasan antara agama islam dengan ilmu pengetahuan. Hal ini terbukti melalui temuan-temuan ilmiah dalam ayat-ayat al-qur’an, ritual ibadah, maupun sunnah-sunnah Rasulullah Saw.

Jumat, 08 Juni 2012

Perempuan Pembawa Luka


Aku pulang membawa luka yang amis darahnya menjadi gunjingan di setiap bibir penduduk kampung.
            “Batino ndak ontu dikodau[1].”  Begitulah makian  yang kuterima bak seorang selebrits yang sedang naik daun. Atas  luka yang kubawa kian membuncit tumbuh di rahim yang tak semestinya. Dan luka itu hanya memberikan aib terutama untuk Mamak[2].  
            ***
            Rumah panggung yang tempati pulahan tahun lamanya, kini berair mata dengan suara tangisan yang tak hentinya meraung sejak aku meletakkan luka yang kudapatkan dari Ibu kota Provinsi, kota yang seharusnya kugunakan untuk meneruskan mimpi.
            “Bacampak kau dari uma ko[3]!” Bentak Mamak beriring tangan kekar miliknya mendarat ke pipiku untuk pertama kalinya disepanjang usiaku.
Aku hanya bungkam tak memiliki pembelaan sekatapun atas murka Mamak. Karena luka yang kubawa untuknya, teramat busuk bagi Mamak sebagai niniok mamak [4] di kampungku. Gelar yang begitu mulia menyatu dengannya bertahun-tahun lamanya. Namun luka yang kubawa mengharuskan Mamak untuk melepaskan gelar itu dan menanggung malu atas aroma luka yang telah tercium disepanjang bibir penduduk kampung.
            Seharusnya kubuang saja luka  yang tumbuh dalam rahimku atas janji lelaki yang katanya akan sehidup dan semati denganku.
            “Ocu bojonji kan bolek juo kau[5].” Lelaki itu merayuku untuk memenuhi nafsunya saat sebutir iman masih tersisa di hatiku.

Selasa, 05 Juni 2012

Mawar di Wajahmu


Mawar di Wajahmu
Oleh: Ematul Hasanah
Bisakah kusinggahi kenangan
Menatap mawar yang tumbuh di wajahmu
Seperti yang pernah kau sampaikan
Lewat hujan
                                                          
Kita dan Kenangan
Laut adalah ruang
Untuk kita mengenang kenangan
Saat sunset hampir
Tenggelam di matamu

Senja dan Kota Kita
Kota ini masih menyimpan  kenangan
Tentang hujan yang tak kunjung
Menyudahi kisahku yang basah

Mimpi
Aku memetik mimpi
Yang kutemui  bertunas pada
Sepasang kelopak matamu

Dalam Diam
Luka yang menumbuhi harapku
Pada musim kuntum
Yang tak semestinya bermekaran

Sebentuk harap
Aku yang mengkristalkan harap
Disepanjang doa
Seiring usaha yang kusimpan meski dalam diam
Semoga esok embun
Kan jatuh diatas kelopak
Daun yang menghijau

Sabtu, 02 Juni 2012

Biarkan Kisahku Hanyut Di Sungai Kampar

              Aku berdiri di bibir jendela rumah panggungku yang hampir lapuk dimakan usia. Membiarkan angin bermain di ujung jilbabku.  Sambil melemparkan pandangan pada genangan air  sungai kampar[1].
 “Nak, jika bukan karena jasa Mamak[2] kau, kita tak akan bisa seperti ini.Suara lemah Amak[3]  terus menyinggahi benakku.
Selalu itu yang dikatakan Amak, ketika menyatakan ketidakbisaanku memenuhi permintaan Mamak, untuk menikah dengan Bujang, anak lelakinya. Sebab Bujang bukanlah sosok lelaki yang  bisa kujadikan sebagai Imamku.
            Seluruh isi kampung sudah  amat mengenal Bujang, sebagai lelaki  yang suka mabuk-mabukan, bermain wanita, hanya mengandalkan harta milik orang tuanya. Dan Bujang adalah lelaki yang pernah menabur luka di  hatiku.
            kini Mamak memintaku untuk menikah dengan lelaki itu. Bagaimana harus kuceritakan tentang lukaku ini kepada Mamak? lelaki yang menjelma menjadi malaikat di keluargaku. Semenjak tak pernah kutemui lagi wajah Ayah kembali.