Kamis, 29 Maret 2012

Proposal



         Kursi yang kududuki seperti tak ingin menerima kehadiranku lagi. Karena hampir setiap hari aku menyinggahinya. Berjam-jam lamanya untuk menunggu kadatangan lelaki paroh baya dengan wajah wibawanya.
            Wajar saja kursi ini jenuh kepadaku. Karena memang tak seharusnya aku kembali ikut dalam antrian deretan  di luar ruang ketua jurusanku.
            “Ros, kapan seminar?” Suara itu memecah galauku.
            Aku  melirik kepada pemilik suara. Perempuan yang menggunakan baju hitam putih itu.
            “Selamat ya Nis.” Aku mencoba mengalihkan tanyanya.
            “Terima kasih.” Balasnya dengan senyum bahagia.
            “Kau kapan seminar?” Tanyanya lagi yang membuat aku kelu untuk menjawab.
            Seharusnya aku sudah seperti Anis telah menyelesikan seminar proposal. Bahkan lebih dulu darinya. Tapi apa yang hendak dikata toh hari ini aku kembali duduk diatas kursi ini. Setelah proposalku ditolak oleh Pembantu Dekan 1.
            Judul kurang relevan
            Tiga kata itu yang menghias di halaman awal proposalku. Yang membuat aku luruh untuk mendapatkan pembimbing. Setelah berbulan-bulan lamanya aku menunggu acc dari ketua jurusan yang super sibuk.
            “Sebaiknya kamu ganti judul saja, masalah yang kamu angkat terlalu kecil.” Ujar Pembantu Dekan 1 saat kutemui ia di dalam ruangannya memohon menerima judulku. Namun hanya tumpukan kecewa yang kudapatkan.
            “Aku mengulang dari awal Nis.” Jawabku dengan suara bergetar menahan bening yang hampir menitik di ujung bola mataku.
            “Kenapa bisa begitu.? Tanyanya heran.
            “Pak Agus memintaku untuk mencari judul yang lain.” Jelasku sambil menggemgam erat proposal yang terbungkus dalam map hijau.

Senin, 26 Maret 2012

Bunga Dalam Senjaku


Oleh: Ematul Hasanah
             Senja yang merangkak di bibir langit. Menutup sisa-sisa petang yang mulai memudar. Kedua bola mataku menatap susunan jingga yang kian berarak dengan jemari yang menggemgam segelas cappucino cincau, yang kupesan dari lelaki paroh baya di warung sederhana pinggiran jalan Pekanbaru. Aku menyukai senja karena ia membawa lukaku pergi. Dengan kehadiran perempuan yang wajahnya tak lagi menemaniku duduk di sampingku seperti biasa.
            “Bolehkah aku duduk disini?” Tanya perempuan berjilbab rapi itu untuk pertama kalinya ia membuka suara di depanku.
            Aku tak menjawab hanya menatap sekilas bola matanya yang tertutup oleh kaca bening yang melingkar  pada kedua bola matanya.
            “Masalah itu bukan untuk dipendam.” Ujarnya tiba-tiba seolah-olah telah lama mengenalku padahal hari itu untuk pertama kalinya ia menegurku. Walaupun aku sudah sering menemui wajahnya di warung sederhana ini saat senja mulai bertamu.
            “Kamu tahu apa tentangku?” Tanyaku dengan nada dingin.
            Ia tak bersuara, hanya menjawab dengan sebaris senyum persahabatan. Namun saat itu aku lebih memilih sepiku dengan deru angin yang kubiarkan menghempaskan rambut panjangku, namun tak ikut menghempas lukaku atas sesal terlahir dari rahim wanita yang harus kupanggil Mama. Yang benciku menumpuk untuknya kerena luka yang menjadikan aku kehilangan lelaki yang darahnya mengalir dalam tubuhku.

Lima Kekuatan Dahsyat Menjadi Mahasiswa Sukses



Resensi Buku: Jangan kuliah kalau gak sukses
Penulis           : Setia Furqon Kholid
Penerbit          : Rumah Karya
Cetakan           : keenam, April 2011
Tebal                : xiii+ 185 hlm
            Semua Mahasiswa tentunya ingin sukses. Tapi mengapa dalam waktu yang sama, ada Mahasiswa yang sukses namun ada pula yang gagal. Kita pernah melihat beberapa fonomena dibawah ini. Ada mahasiswa yang masa produktifnya dihabiskan untuk berkutat dengan diktat-diktat perkulihan dan mendapatkan nilai perfect di setiap mata kuliah. Dan ia merasa risih dengan teman-teman yang senang berorganisasi yang menurutnya tidak penting. Di pihak lain, ada Mahasiswa yang begitu hobi dengan berorganisasi, hingga tak jarang organisasi menjadi tempat pelarian karena merasa nilai akademisnya hancur. Ada pula tipe Mahasiswa yang bisa sukses di bidang akademis dan organisasi, namun sayang masih meminta segala sesuatunya kepada orang tua. Padahal saat keluar dari dunia perkuliahan, ia dipaksa memilih beberapa opsi: berwirausaha, melanjutkan S2 atau berkompetisi dengan ribuan  serjana yang berebut untuk menjadi karyawan di sebuah perusahaan tertentu. Terlepas dari apapun pilihannya. Jika jiwa kemandirian tidak dipupuk sejak dini, kuliah cukup dihargai dengan selembar ijazah serjana saja. Fonemena lainnya, adapula Mahasiswa yang nampaknya sukses dengan segudang prestasi namun hatinya tetap merasa hampa, penyebabnya, karena ia belum menemukan hakikat kesuksesan sebenarnya.

Minggu, 18 Maret 2012

Biarkan Hujan Jatuh Pada Rintik Wajahku


Apakah kau tahu luka? Ya ini luka, luka yang masih tersusun rapi dikotak hatiku yang kusembunyikan perihnya pada sebaris senyum getir saat daunya kian rimbun ketika kedua bola mataku menatap berisan huruf yang membentuk dua nama terangkai indah pada sebuah undangan  berwarna merah hati yang baru saja kuterima tiga hari yang lalu.
            “Ahmad Irawan S.sos dan Siti Aisayah S.pd.” Bargetar bibirku mengeja nama itu. Ada perih yang menjalar-jalar keseluruh tubuhku bersama sungai kecil yang tak mampu lagi kubendung mengalir di ujung bola mataku.
            “Ahmad Irawan.” Nama itu tak terdengar asing lagi di daun telingaku bahkan nama itu pernah kutitipkan sepenggal bahagiaku kepadanya.Bang Ahmad, begitu aku memanggilnya karena dia adalah seniorku, disalah satu universitas Negeri di luar provinsiku tempat aku pernah menaungkan mimpi.
            “Suka menulis puisi?” Kejutnya tiba-tiba saat beberapa baris puisi baru saja kuselesaikan.
            Aku tak menjawab, kedua bola mataku beralih kepada pemilik suara.
            “Maaf mengganggu kosentrasimu.”
            “Kamu Inah kan?” Tanyanya.
            Aku mengaguk tanpa suara.

Rabu, 14 Maret 2012

Ketika Kehilangan Tak Lagi Bernama Luka

    Aku menyukainya bahkan semua tentangnya. Mungkin kau akan mengagapku terlalu berlebihan. Tapi dengarkan dulu teman cerita yang ingin kukisahkan kepadamu tentangnya yang pernah kuletakkan di ruang yang paling istimewa meski tak seharusnya ia tempati saat itu.
            Aku mengenalnya  ketika memasuki kelas dua dengan seragam putih abu-abu masih membungkus tubuhku, dari seorang teman. Ah tak perlu lagi kuceritakan secara detail kisah perkenalanku dengannya karena aku bukan ingin mengenang cerita lalu. Aku hanya ingin sedikit berbagi cinta untuk kau tetap tersenyum saat membaca potongan kalimatku.
            Dimataku dia hanya lelaki sederhana. Namun bijaksana walupun umurnya hanya terpaut satu tahun lebih tua dariku. Bukan hanya bijaksana tapi juga lembut. Hampir tak pernah kudengar ia memnunjukkan expresi kekesalan walaupun segunung kejengkelan telah kulakukan. Mungkin karena dia adalah keturunan jawa yang selalu identik dengan kelembutan.
            Bahkan dia teramat baik bagiku seperti Malaikat yang dikirimkan Tuhan. Ya, Malaikat. Tahukah kau teman? Dia hadir ketika aku dihadapkan dengan kenyataan yang amat pahit dalam hidupku. Kedua orang tuaku memutuskan untuk berpisah setelah tak menemui lagi kebahagiaan dalam satu hati. Yang membuat aku terhempas dalam deru ombak yang meluluh lantakkan hidupku. Dan dia hadir membawa jiwaku ke tepian  mengajariku mengeja tegar. Padahal hubungan yang kujalin dengannya hanya sebatas persahabatan. Yang kemudian persahabatan itu menumbuhkan rasa lain di hatiku dan juga hatinya.

Minggu, 11 Maret 2012

Celengan usung


Oleh: Ematul Hasanah
            Aku mengintip di balik cela-cela lemari usung ini, berharap sosok jangkung bertubuh bongsor itu tak menemukan sepasang mataku.
            Bahagia rasanya akhirnya ada gadis kecil berhati malaikat membawaku pulang ke rumahnya setelah aku tertimpuk dalam debu-debu yang membuat tubuhku semakin usung. Ditambah lagi harus menahan perih dari ejekan-ejakan yang kuterima dari bibir teman-temanku yang mengatakan aku celengan yang tak berguna karena sudah bertahun-tahun lamanya tak ada yang melirik tubuhku yang hanya terbuat dari atom sedangkan teman-temanku bertubuh logam yang menjadikan mereka begitu mempesona.
            “Sebaiknya aku buang saja kau.” Tiba-tiba tangan itu meraih tubuhku dengan kasar. Tangan milik wanita yang kupanggil tuan kerena  telah menampung hidupku. Kulihat raut kesal dari kedua bola matanya.
            “Kak, saya ingin membeli tabungan ini.” Suara gadis kecil itu menghentikan langkah tuanku.
            Namun tuanku tak menjawab hanya menatap gadis kecil itu dari ujung kepala hingga ujung kaki yang terlihat dekil sama dengan tubuhku.

Rabu, 07 Maret 2012

Pentingnya Arti Membaca


Resensi buku   : Cinta Membaca
Penulis             : Puput  Happy, Endang Ssn, Dkk
Penerbit           : LeutikaPrio
Cetakan            : Pertama, Januari 2012-03-05
Tebal                : 247 halaman

                Membaca merupakan faktor utama yang menentukan kesuksesan seseoarang. Yang akan merubah seseorang dari biasa menjadi luar biasa. Wajar saja jika Iqro’ (bacalah), adalah kata pertama yang diucapkan Rasullulah ketika wahyu diturunkan. Maka tersirat sudah betapa pentingnya “pekerjaan” membaca.
            Dengan gemar membaca telah banyak membuat orang menuai prestasi terutama dalam dunia tulis menulis. Seperti yang dikatakan Asma Nadia, Penulis yang telah menulis banyak buku “Kamu tidak akan bisa menulis jika kamu tidak ingin membaca.”
            Hal serupa yang dikatakan Abdurrahman Faiz, (Putra Helvy Tiana Rosa, Remaja yang begitu mencintai membaca dan sudah menulis buku sejak kanak-kanak) yang mengatakan “ Buku yang kubaca selalu memberi sayap-sayap baru, membawaku terbang ke taman-taman pengetahuan paling menawan, melintas waktu dan peristiwa, berbagi cerita cinta, menyapa semua tokoh yang akan kutemui sambil bermain di lengkung pelangi.”

Selasa, 06 Maret 2012

Mungkinkah Menikah adalah sebuah jawaban?


           Senen malam yang lalu air mataku kembali jatuh diikuti gerimis yang turun ke atap kostku seolah-olah ikut merasakan pilu hatiku setalah menerima suara dari lelaki di seberang sana yang memaksaku ikut dalam sebuah pengajian yang sedikit berbeda dengan apa yang kuyakini. Bibirku kelu untuk menolak permintaan itu karena lelaki itu adalah malaikat bagi keluargaku, yang hari ini membawaku menatap gedung-gedung mewah bertingkat di kota bertuah ini. Ada yang menekan hatiku begitu berat atas ketidakberdayaanku memilih jalan hidup yang kuinginkan. Air mataku semakin deras mengalir sehingga hanya dalam beberapa menit kedua bola mataku membengkak. Sesulit ini kah hidupku?

Minggu, 04 Maret 2012

Ini Rumah Kita Mak


Oleh: Ematul Hasanah
Mak, ini rumah kita
Atapnya adalah susunan bintang-bintang
Yang kupetik dari tangismu
Agar tak lagi kutemui mendung
Pada sepasang mata teduhmu
Ini rumah kita Mak
Berlantaikan kemilau
Yang kupungut dari keringatmu
Agar kau tak lagi lelah
Ini rumah kita Mak
Berpagarkan mawar
Yang kutemui di sudut hatimu
Agar kau tak lagi sepi

Kamis, 01 Maret 2012

Sekilas Tentang The Moon That Embraces The Sun


         Drama Korea selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena begitu banyak yang menyukainya bukan hanya di kalangan remaja, yang sudah berumur pun seperti tidak ingin ketinggalan tak terkecuali saya sendiri. Tapi bukan berati saya menyukai semua drama korea hanya beberapa drama korea yang membuat saya betah menatap layar laptop berjam-jam menonton ataupun membaca sinopsis setiap episode yang akan ditayangkan. Nah salah satu Drama Korea yang berhasil memikat hati saya adalah The Moon That Embraces The Sun . Drama yang belum usia saya tonton hingga ending karena drama ini masih tayang di TV korea dengan perolehan rating yang semakin tinggi di setiap episodenya yang dibintangi oleh Kim Soo Hyun, aktor yang mulai naik daun sejak memerankan sam dong di drama Dream High. Jika sebelumnya saya jatuh cinta dengan drama-drama komedi romantis yang mengundang tawa diantaranya Full House, Sassy Girl Chun Yang, Bbf, dan Dream High. Kali ini malah sebaliknya saya jatuh cinta dengan drama yang mengundang air mata saya jatuh satu per satu.

Pada Luka Kutemukan Mimpi Yang Lebih Indah


Oleh: Ematul Hasanah

“ Baik menurutmu belum tentu itu baik menurut Allah
Baik menurut Allah itu lah yang terbaik untukmu”
            Kutatap halaman koran yang berada dalam gemgaman jemariku dengan debaran jantung yang kian berpacu berharap namaku tertulis diantara ratusan nama yang lulus seleksi SNMPTN setelah kecewa menimbunku karena tidak berhasil lulus di jalur mahasiswa undangan. Namun tiba-tiba dadaku kembali sesak saat kedua bola mataku mendapati namaku tertulis di deretan jurusan yang sama sekali yang tak kuharapkan lulus karena ketika pengisian formulir aku hanya menuruti permintaan panitia untuk tidak mengosongkan pilihan jurusan, dan Ekonomi Islam adalah pilihan terpaksaku saat itu. Kelulusanku di jurusan lain menguburkan mimpiku menjadi seorang guru Bahasa Inggris bersama perih yang kubawa pulang atas kegagalanku untuk kesekian kalinya, berharap kan kutemukan sebaris kata motivasi  dari bibir keluargaku. Namun bukan motivasi yang kutemui.