Kamis, 01 Maret 2012

Pada Luka Kutemukan Mimpi Yang Lebih Indah


Oleh: Ematul Hasanah

“ Baik menurutmu belum tentu itu baik menurut Allah
Baik menurut Allah itu lah yang terbaik untukmu”
            Kutatap halaman koran yang berada dalam gemgaman jemariku dengan debaran jantung yang kian berpacu berharap namaku tertulis diantara ratusan nama yang lulus seleksi SNMPTN setelah kecewa menimbunku karena tidak berhasil lulus di jalur mahasiswa undangan. Namun tiba-tiba dadaku kembali sesak saat kedua bola mataku mendapati namaku tertulis di deretan jurusan yang sama sekali yang tak kuharapkan lulus karena ketika pengisian formulir aku hanya menuruti permintaan panitia untuk tidak mengosongkan pilihan jurusan, dan Ekonomi Islam adalah pilihan terpaksaku saat itu. Kelulusanku di jurusan lain menguburkan mimpiku menjadi seorang guru Bahasa Inggris bersama perih yang kubawa pulang atas kegagalanku untuk kesekian kalinya, berharap kan kutemukan sebaris kata motivasi  dari bibir keluargaku. Namun bukan motivasi yang kutemui.

            “Bodoh, itu saja tidak lulus.” Sebaris kalimat yang berayun di bibir saudaraku satu persatu mengenalkan aku pada luka. Dan kata-kata itu seperti magnet yang tak ingin lepas dari benak ku. Semuanya menghujat dan mengucilkanku atas kegagalanku termasuk sahabat-sahabatku yang seolah tak ingin peduli denganku karena hanya aku sendiri yang tak mampu menapaki mimpiku saat itu. Sikap-sikap yang kuterima dari keluargaku maupun sahabatku membuat perubahan kepribadiaanku. Jika biasanya aku pribadi terbuka yang mudah mengundang tawa mulai menutup diri dan tak kumiliki lagi kepercayaan yang utuh baik itu kepada orang lain apalagi kepada diriku yang terus menyalahkan diri sendiri. walaupun aku tetap menjalankan kuliah di jurusan yang tak kusukai karena jika aku harus menunggu setahun lagi, usiaku terus bertambah, ilmuku kian menurun dan itu tak menjamin aku lulus seleksi pada tahun selanjutnya.
            Di semester awal perkulihan belum sembuh rasanya luka yang baru kutemui. Luka baru hadir menyinggahi hatiku setelah aku harus kehilangan satu per satu orang-orang yang memiliki arti dalam hidupku. Aku semakin terpuruk tertimbun dalam luka yang merubahku menjadi perempuan cengeng dengan kepribadiaan yang semakin tertutup.Aku mulai membangun duniaku sendiri pada tumpukan kertas-kertas putih bercerita semua tentang kesedihanku yang mengalir dari hati yang paling dalam. Hingga tanpa sengaja tulisanku di baca oleh salah seorang teman sebangku ku.
            “Coba kamu kirimkan tulisanmu ke koran, kalau terbit ada honornya.” Tawarnya namun aku tak peduli kerena aku menulis bukan untuk mencari uang tapi untuk menyembuhkan luka ku. Aku terus saja menulis hingga aku benar-benar jatuh cinta pada kata dan memutuskan untuk bergabung dengan salah satu komunitas penulis. Dengan menulis kurasakan perlahan luka ku sembuh dan aku mulai mencoba diri mengirimkan tulisanku yang kemudian terbit di salah satu media cetak Riau. Ada kebahagiaan yang menyinggahiku setelah sekian lama terkurung dalam tangis.
            Dan sejak itu aku semakin semangat belajar menulis berawal dari puisi kemudian beralih ke cerpen yang selalu bernadakan luka walaupun sebenarnya refrensinya bukanlah dari kisahku seutuhnya tapi entah mengapa setiap kali aku menulis tentang luka ada rasa yang bisa kuhadirkan.  Dan aku mulai mengikuti lomba-lomba menulis walaupun  jarang sekali menang. Tapi tak membuat hatiku patah kerena dengan menulis ada yang ingin kubuktikan kepada keluargaku bahwa aku bukanlah yang seperti mereka pikirkan. Aku masih bisa membuat mereka bangga kepadaku hingga hari ini aku mampu mewujudakannya bercerita tentang prestasi kecilku kapada mereka. Dan kuliah yang kujalani di jurusan yang tak dengan hati. Aku mulai belajar menyukainya hingga belum pernah kutemui IPK ku dibawah tiga pada setiap semesternya.
            Jiwaku yang sempat hilang dalam keterpurukan kurasakan mulai kembali karena pada luka telah kutemukan mimpi yang lebih indah. Ternyata masih ada ribuan bintang yang mampu kusematkan menjadi jutaan harap. Terima kasih Allah.
           
           
           


Tidak ada komentar: