Selasa, 25 Juni 2013

Perahu Itu Telah Menemukan Pelabuhannya



Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam kitab nyata (Lauh Mahfuz) Qs. Al-An’am:59
            Begitupula pertemuanku dengannya. Jauh sebelum aku menarik napas pertama, kisah itu sudah tersimpan di balik langit, di buku takdir.

            Masih teringat perbincangan di Januari yang galau.
            “Kakak ingin menikah cil.” Ucapku berkabut.
            Seperti biasa, junior sekaligus sahabat dekatku ini akan menawarkan sederet nama-nama ikhwan sebagai caranya menghiburku yang terserang galau stadium akhir.

Jumat, 21 Juni 2013

Senja Juni Ini


                               
                Bu, senja juni ini merah jambu yang membuat kuntum-kuntum bermekaran menebar haru. Dan ribuan kicaun burung yang singgah di pematang sawah terdengar merdu sekali.
         “Bu, bolehkah aku menikah?” Tanyaku beberapa bulan yang lalu. Kau hanya tersenyum menanggapi pertanyaanku ,mungkin saja lucu bagimu sebab aku dimatamu masih terlalu kekanak-kanakan.
          “Aku serius bu ingin menikah.” Ujarku meyakinkan  sepasang matamu jika aku  bukan main-main.
             “Mau menikah dengan siapa? Udah ada calon?” Tanyamu yang membuat aku bungkam sebab saat itu jawabannya masih  terasa samar.
            Hanya hening yang menyilap diantara percakapan kita di petang itu.
            “Menikahlah, tapi ibu ingin seorang menantu yang bisa dijadikan penceramah di mesjid.” Dan petang itu gerimis yang turun perlahan membawa harapmu ke langit. Dia yang akan menikahiku seperti yang kau inginkan bu mungkin lebih, InsyaAllah.

Rabu, 12 Juni 2013

Selalu Istimewa - Ematul Hasanah


                                                                Oleh: Irma Suraya 
Basmalah. Harus kembali banyak mengingat dan mengulang kisah. Ternyata waktu memang sangat cepat berlalu, sangat cepat. Ya, yang aku tau aku memang berkenalan dengannya lewat friendster, 2008, awal masa kuliah, saudaranya temanku di SMA dulu. Dan aku pun lupa, bagaimana akhirnya aku percaya dengan memberikan no.hp. walaupun saat itu belum marak penipuan dunia maya, tapi biasanya aku selalu bersikap waspada dengan orang yang baru dikenali dan selalu tertutup.

Tapi entah apa yang ia punya, pertemanan dunia maya itu menjadi dunia nyata. Walaupun kami belum pernah bertemu, seolah percaya, saling bercerita satu sama lain, bercerita tentang luka masa lalu, rumit masa sekarang ataupun mimpi masa depan.

Dan itu bertahan bertahun-tahun ! ah, aku pun tak tau bagaimana itu terjadi. Yang ku tau sekarang, Allah memang menakdirkan kita saling mengikat hati, saling menguatkan, saling berbagi, saling melukis pelangi, mungkin, seperti yang selalu engkau ungkapkan di bait-bait tulisan mu.