Senin, 31 Desember 2012
Minggu, 30 Desember 2012
Menjadikan Tahajud Sebagai Kebiasaan
Judul :
Langkah Mudah Membiasakan Tahajud
Ditulis oleh :
Taufik Al-Isfary
Penerbit :
As-Salam Publishing
Cetakan : ke-1 Febuari 2012
Tebal : 192 Halaman
Dalam sebuah hadist qudsi Rasulullah SAW bersabda, ''Tuhanmu yang
Maha Pemberi Berkah dan Maha Mulia, selalu turun ke langit dunia setiap malam,
pada paruh waktu sepertiga malam terakhir, dan Dia berfirman, 'Barang siapa
yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, barangsiapa mengajukan permintaan
kepada-Ku akan Aku berikan, dan barangsiapa memohon ampun kepada-Ku akan Aku
ampuni'.'' (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Turmudzi, dan Abu Dawud)
Alangkah besarnya keutamaan shalat malam seperti dijelaskan pada hadits
tersebut. Namun selalu saja ada alasan untuk meninggalkannya yang terkadang tak
masuk akal. Padahal sejatinya, alasan-alasan yang muncul dari dalam hati kita
itu hanyalah bentuk dari kemalasan yang di pelihara.
Sungguh sholat Tahajjud merupakan amalan yang sangat ringan jika
Allah telah memilih kita. Namun lain halnya jika Allah tidak memilih kita untuk
mendapatkan kemulian ini, maka tak akan sanggup walau pun satu hari saja. Untuk
itulah sebagai langkah awal, marilah kita memohon kepada Allah, untuk
memberikan keistiqomahan kepada diri kita, keluarga, dan seluruh kaum muslimin
di segenap penjuru dunia
Senin, 24 Desember 2012
Kerena Menulis Memberikanku Sayap Untuk Bermimpi
Dulu banyak sekali hal yang saya takutkan dalam hidup ini. Termasuk
memiliki mimpi. Saya yang tumbuh di lingkungan keluarga yang cendrung
menjadikan kalimat pedas sebagai bentuk motivasi. Tak sejalan dengan kondisi
hati saya yang lembut dan sensitive.
Berawal dari
kegagalan saya yang tak bisa kuliah di Universitas dan jurusan yang saya
inginkan. Bukan hanya sekali, tapi sudah berkali-kali mengikuti test tetap saja
kegagalan berpihak kepada saya. Tentu
saja kegagalan saya menyebabkan kemarahan keluarga saya yang dari awal lebih
menginginkan saya kuliah di jurusan kesehatan. Entah berapa banyak kalimat
pedas yang saya terima. Yang menjelma menjadi sembilu mengiris-iris hati saya.
Rasanya perih sekali. Ditambah lagi dalam waktu bersamaan saya harus kehilangan
demi kehilangan orang-orang yang saya cintai.
Jadi sempurna sudah keterpurukan saya. Yang hanya saya ceritakan pada
berlembar-lembar kertas.
Sebenarnya sudah
sejak berstatuskan pelajar saya suka menulis. Hanya saja tak bisa dikatakan
sering. Bisa saja sekali sebulan atau bahasa lebaynya sekali seabad. Jauh
berbeda dengan kondisi saya ketika terpuruk. Setiap hari hanya menjadikan
kertas dan pena sebagai pundak untuk saya menumpahkan kesedihan. “Sudahlah
semuanya akan baik-baik saja.” Begitulah kalimat yang bisa saya simpulkan andai
saja pena dan kertas bisa bicara. Saya benar-benar lega setiap kali selesai
menulis. Entah seperti apa harus saya defenisikan kelegaan itu. Yang seiring
berjalannya waktu memberikan saya sayap untuk terbang meraih mimpi.
Tak pernah
terlintas di benak saya menaruh keinginan akan menjadi penulis. Sebab bagi saya
menulis hanya sebuah cara untuk sedikit berdamai dengan hati. Namun semuanya
berubah ketika salah seorang teman yang rutin membaca tulisan-tulisan saya,
menawarkan saya untuk ikut bergabung dengan Flp. Organisasi yang mengenalkan
saya dengan penulis-penulis hebat. Yang
mampu merubah dunia hanya dengan sebuah pena, luar biasa sekali. Tentu
saja saya iri dengan karya-karya mereka. Rasa iri yang membuat mimpi saya
menjadi seorang penulis begitu kuat.
Minggu, 16 Desember 2012
Kuntum Di Mata Ibu
Mentari yang kian surut
Membawa waktu bergulir
Bersama angin yang mengelupas
Menjadikan keriput di wajahmu
Atau putih yang hinggap di kepalamu
Dan kau tak lagi datang
Membawakan sekeranjang dongeng
untukku
Sebab keringat yang selalu kau
sembunyikan dalam tawa
Telah mengantarkanku menjadi dewasa
Senin, 26 November 2012
Persiapan Untuk Menikah
Judul :
Saatnya Untuk Menikah
Ditulis oleh : Mohammad
Fauzil Adhim
Penerbit :
Pro-U Media
Cetakan : ke-6 Maret 2012
Tebal : 270 Halaman
Kalau canda seorang teman sudah tak lagi dapat menentramkan jiwa,
kalau mata sudah tidak lagi dapat ditundukkan pandangannya dengan sempurna,
kalau hati sudah sentiasa merasa gelisah, kalau tekad sudah kuat melekat dalam
dada. Barangkali waktunya sudah tiba. Maka saatnya untuk menikah. Tuntunan
nurani itu akan memanggil-manggil kita setiap saat. Tidak ada pelabuhan yang
dapat menjadi tempat kita menyandarkan kegelisahan itu selain menikah.
Mengingkari panggilan hati untuk menikah sama halnya dengan mengingkari fitrah
kita. Ketika fitrah kita teringkari, tidak ada ketanangan yang bisa kita capai.
Tetapi apakah yang dapat menjamin bahwa kita sudah siap menikah? Kesiapan apa
sajakah yang harus kita miliki? Apa yang harus kita lakukan jika kerinduan
sudah meluap dan keinginan berumah tangga sudah sangat mantap, tetapi jodoh tak
kunjung datang?
Sabtu, 24 November 2012
Malam Anugerah Sagang
Teman-teman Pengurus Flp Pekanbaru
“Waw” Bibir
saya membulat kagum plus terpesona. Bukan karena megahnya hotel yang saya
datangi. Bukan juga karena
makanan-makanan lezat yang saya cicipi setelah jada sebelah perut saya yang
sudah terisi di Hotel mayang garden. (Terima Kasih ya Afsah Rahma gulai
nangkanya lamak bana :D).
Foto Bareng Sutardji
Yang membuat
saya takagum-kagum adalah melihat deretan foto-foto penyair Riau yang biasanya cuma
saya kenal lewat karyanya. Mulai dari Pak Tenas, Hasan junus, Sutardji, Soeman,
sampai ke Marhalim Zain . Malam tadi saya tak sekedar kenal lewat foto bahkan
bisa berfoto langsung dengan penulis tapi cuma dengan Pak Sutardji. Dan itu tak
masalah sebab bagi saya sesuatu banget bisa menghadari acara sastra yang paling
bergengsi di Riau. Yang membuat
semangat menulis saya kembali menyala. Dan diam-diam berharap suatu hari nanti.
Lima atau sepuluh tahun yang akan datang saya lah satunya yang akan membawa emas itu pulang (mimpi yang terlalu tinggi mungkin) . Semoga
Kau selalu memeluk mimpi ini Ya Rabb.
Jumat, 23 November 2012
Permintaan Sederhana
Seseorang datang menemuiku
Bertanya harga hatiku
Tidak, aku bukan penjual hati
Dan esok seseorang kembali menemuiku
Menghadiahkan ku sekuntum anggerek
Yang tumbuh di wajahnya
Yang tumbuh di wajahnya
Tidak, anggrekmu tentu akan layu
Dan esok masih ada seseorang kembali datang menemuiku
Bertanya harga hatiku dengan sekaranjang anggerek di wajahnya
Tidak, sebab yang kutunggu hanya sebakul alif-bha-tha
Yang ingin kueja luruslurus
Rabu, 21 November 2012
Cemburuku Adalah Mekarnya Mawar
Cemburuku
padamu laksana mekarnya kelopak mawar
Adakah
kubisa sepertimu
Duhai
mujahidah
Dari
rahimmu
Tumbuh
perindu-perindu syahid
Membawa kobaran semangat
Hanya dengan batu-batu
Bersimbah darah di bawah langit gaza
Membawa kobaran semangat
Hanya dengan batu-batu
Bersimbah darah di bawah langit gaza
Untuk
mendatangi pintu-pintu al-kautsar
Meski
menyisahkan luka yang basah dan menganga
Yang kau simpan rapat
Yang kau simpan rapat
Namun
bagimu hidup adalah mencari RidhoNya
Untuk
memperjuangkan setiap jengkal al-quds
Yang
berubah menjadi lautan darah
Langganan:
Postingan (Atom)