Jumat, 22 April 2011

Kontribusi Perempuan Dalam Dunia Pendidikan





Banyak yang mengatakan kalau dunia pendidikan hanya milik kaum lelaki saja.Seolah-olah kaum perempuan tidak memberikan kontribusi apapun dalam dunia pendidikan. Padahal sebenarnya perempuan lah yang berperan penting dalam meningkatkan dunia pendidikan. Contoh terdekat saja dapat kita ambil dari seorang Ibu. Proses pendidikan di awali dari lingkungan paling kecil yaitu rumah. Dari sinilah bermulanya kontribusi perempuan. Seorang ibu mengandung janinnya di dalam rahim selama 9 bulan. Setelah melahirkan ke dunia, ia menyusui selama 2 tahun serta mengasuhnya sampai mandiri. Inilah aktivitas yang di lakukan oleh seorang Ibu. Dalam keadaan ini seorang Ibu berperan penting dalam proses perkembangan seorang anak. Dengan demikiaan proses seorang Ibu sangat besar pengaruhnya dalam proses pendidikan seorang anak. Terutama pada masa pertumbuhan awalnya, dengan memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak. Dan inilah yang menjadi dasar proses pendidikan selanjutnya. Ini telah di buktikan oleh Asma’ binti Abu Bakar as-shidiq. Seorang Ibu yang patut di teladani. Beliau telah berhasil mendidik anaknya Abdullah bin Zubair sebagai pahlawan islam yang tangguh imannya, yang selalu menginginkan Ridho Allah dan kedua Ibu bapaknya. Dan hal yang sama juga di lakukan oleh marie curiee yang mengabdikan dirinya pada Ilmu pengetahuan, tapi tidak mengabaikan rumah tangganya. Sehingga keberhasilan yang yang di raih oleh Putrinya Eve curiee, tidak lepas dari didikan sang Ibu.
Adapun Wanita yang pertama kali layak di sebut memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan adalah Aisyah Ra yang nama nya tercatat sebagai intelektual papan atas di tahun-tahun pertama islam. Tokoh wanita yang selalu memberikan ide-ide cemerlang dalam kemajuan islam. Selain itu Aisyah juga terkenal dalam bidang piqih yang nyaris tak tertandingi kehebatanya dalam sejarah islam. Keahliannya yang ia miliki menjadikan ia sebagai salah seorang sumber rujukan pada zamannya.
Tokoh wanita lain yang memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan adalah Hellen keler, wanita yang ketika berumur satu tahun terserang penyakit yang parah dan mengakibatkan ia tidak bisa melihat dan mendengar, tapi keterbatasan yang ia miliki tidak meredupkkan semangatnya untuk terus belajar. Ia belajar di rumah dengan bimbingan guru pribadi yang di datangkan orang tuanya. Dengan semangat dan rasa optimis yang ia miliki, di usia 20 tahun ia berhasil masuk universitas. Selama di bangku kuliah Hellen aktif menulis Dan kemudian mengantarkan ia menjadi seorang peneliti dan penulis di Amerika serikat.
Sedangkan di Indonesia wanita yang telah memberikan kontribusi dalam dunia pendidikan dan menjadi menjadi inspirasi bagi setiap wanita adalah r.a Kartini, sosok pahlawan yang mengharumkan nama bangsa dengan memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Yang mana pada saat itu kondisi pendidikan sangat memperhatinkan khususnya kaum wanita. Anak-anak yang berumur 12 tahun ke atas tidak di perbolehkan belajar di luar rumah. Dan kartini lah yang merubah cara pandang masyarakat pada saat itu. Selain membangun sekolah khusus wanita, Kartini juga mendirikan perpustakaan bagi anak-anak perempuan. Hingga ia meninggal di usia 25 tahun namanya tetap hidup sebagai pahlawan yang ikut memajukan pengetahuan di tanah air. Perjuangan kartini telah membuka cakrawala bagi Negara Indonesia. Yang melahirkan banyak tokoh Kartini masa kini di antaranya wanita yang mengikuti jejak Kartini adalah alm Ainun Habibi. Dia adalah dokter FK UI. Yang rela melepaskan status dokternya hanya kerena ingin mengikuti suaminya ke Jerman dan untuk mengurusi anak-anaknya. Padahal waktu itu sang suami belum menjadi apa-apa, tapi ia telah memutuskan untuk taat dan mengikuti sang suami. Selain itu ada lagi tokoh Kartini masa kini, dia adalah Yoyoh Yusroh. Anggota DPR sekaligus dewan syuro PKS. Ia telah berhasil menjadikan 13 anaknya sebagai hafizh qur’an. Ia pun memberikan pendidikan yang terbaik untuk semua anaknya, dengan menyekolahkan anaknya ke luar Negri. Beasiswa pula. Dan masih banyak lagi kartini-kartini masa kini yang memiliki peran penting dalam bidang pendidikan, baik itu kabinet, perlemen, hingga di bidang usaha.
Masih banyak lagi tokoh wanita lain yang telah memberikan kontribusi dan menorehkan berbagai perstasi besar dalam dunia pendidikan. Jadi tidak semuanya benar bahwa dunia pendidikan adalah milik kaum laki-laki.

Juara Dua Lomba Menulis Artikel
Yang Di Taja Oleh DPP BEM UIN SUSKA

Jumat, 15 April 2011

Penantian Luka



Hari ini sepuluh tahun sudah usia pernikahanku dengan Bang Ardi. Tapi tidak ada yang istimewa, sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya kulewati bersama Naya, buah cinta kami yang sudah berumur Sembilan tahun. Dan selembar surat yang dikirimkan Bang Ardi . Yang mengatakan kalau ia baik-baik saja. empat tahun sudah ia pergi merantau ke Malaysia dan entah kapan ia akan pulang.
“Sayang, Abang janji dua tahun lagi Abang akan pulang,” ucapnya empat tahun yang lalu.
Berat aku melepaskan kepergiannya. Tapi jika ia tidak pergi merantau, kondisi ekonomi keluarga kami tidak akan pernah membaik.
Tahun pertama di Negeri rantauan, ia rajin mengirim surat bersama jumlah uang yang tidak terlalu banyak. Hingga sampai tahun kedua ia masih mengirim surat dan uang dalam jumlah yang lebih dari cukup, tapi ia tak kunjung pulang seperti janjinya dua tahun yang lalu. Memasuki tahun ke tiga Sikapnya mulai berubah. Jika dulu hampir setiap bulan ia mengirim surat, tapi sekarang hanya tiga bulan sekali atau enam bulan sekali . Pernah kutanya kenapa ia jarang mengirim surat .Alasannya ia sedang sibuk. Kadang aku merasa cemas apalagi mendengar isu-isu yang menyebar di kampungku. Yang mengatakan Bang Ardi telah memiliki istri baru di sana. Tapi aku berusaha menepis prasangka buruk itu. Aku yakin Bang Ardi tidak akan menduakanku Karena aku sangat mengenalnya dan ia sangat memahami perasaanku.
***
Ros, bulan depan Abang akan pulang.
Seulas senyum mengembang di bibirku saat membaca kembali kalimat terakhir dalam surat yang di kirimkan Bang Ardi. Sebentar lagi Panantianku akan berakhir. Dibenakku telah kubayangkan istana bahagia yang akan kubangun nanti bersamanya dan Naya, buah cinta kami.
***
Satu bulan kemudian
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Aku segara bangkit dan bergegas membuka pintu.
“Pasti Bang Ardi yang pulang,” ucapku dengan hati berbunga-bunga.
Saat aku membuka pintu, ternyata benar di hadapanku telah berdiri sosok lelaki yang sangat aku rindui . Ingin rasanya segera kumemeluknya meluahkan segala rasa rinduku . Tapi langkahku terhenti saat melihat sosok wanita yang berdiri di sampingnya. Perut wanita itu besar, sepertinya ia sedang hamil.
“Dia siapa Bang,?” Tanyaku.
“Dia…” Jawab Bang Amir gugup.
“Siapa?”
“Dia Aida, sebanarnya Abang berat untuk mengatakan ini. Naman Ros harus tahu kalau Aida adalah Istri baru Abang. Satu tahun yang lalu Abang menikahinya. Abang harap Ros bisa menerima kehadirannya di rumah kita.”

Jawaban Bang Ardi seperti sembilu yang mengoyak-ngoyak harapanku dan menorehkan luka pada penantiaanku selama ini. Seketika Air mataku tumpah, bibirku kelu bersama perih yang menjalar di dinding hatiku.

Rabu, 06 April 2011

Luka Adinda



“Adinda, maukah kau menikah denganku?”
Ucapan Faiz dua minggu yang lalu masih terngiang-ngiang di telingaku. Ucapan yang seperti itu bukan untuk pertama kali lagi aku mendengarkanya. Sebelum Faiz juga ada beberapa lelaki yang pernah mengatakan ucapan yang sama. Dan aku selalu memberikan jawaban yang sama bahwa aku belum bisa menerima mereka.Tapi kali ini Faiz yang mengataknanya, sosok lelaki yang sudah kukenal dengan baik, sejak di bangku kuliah sampai sekarang kami di pertemukan kembali dalam satu perkerjaan yang sama. Jujur ketika ucapan itu terlontar dari bibir Faiz, ada getaran di hatiku. Tapi aku masih takut melangkah. luka tiga tahun yang lalu masih menganga di hatiku yang meninggalkan trauma dan menghilangkan kepercayaanku hingga kini di umurku yang hampir kepala tiga aku belum barani untuk memilih pasangan hidup.
Ingatanku kembali menembus potongan-potongan slide masa lalu. Aku adalah anak pertama dari satu bersaudara dan di lahirkan dari keluarga yang mapan dan bahagia. Ayahku selain seorang pengusaha yang mememiliki beberapa toko yang cukup ternama di daerahku, Ayah juga orangnya cukup agamis kerena dulunya tamatan dari pondok pesantren. Kadang sekali-kali ayah di minta untuk mengisi kajian di mesjid sekitar rumahku. Dan aku sangat mengagumi Ayah. Sedangkan Ibuku adalah seorang guru SD. Tapi ketika aku mulai memasuki bangku SMA kebahagian itu berubah manjadi luka yang perihnya masih terasa sampai hari ini.
Awalnya aku tidak percaya dengan isu-isu itu. Isu tentang Ayah memiliki hubungan khusus dengan salah seorang karyawan yang berkerja di toko kami. Tapi aku mulai curiga saat sikap Ayah mulai berbuah. Jika biasanya hari libur Ayah selalu mengahbiskan waktunya di rumah bersama kami, tapi semenjak isu itu beredar Ayah lebih banyak menghabiskan waktunya di toko dengan beribu alasan. Dan akhirnya kecurigaanku kepada Ayah selama ini terbukti juga, saat aku tanpa sengaja membuka pesan masuk di hp Ayah. Sederet sapaan kalimat mesra membuat jemariku penasaran membaca pesan-pesan yang masuk sebelumnya di inbox hp Ayah. Dan betapa terkejutnya aku ternyata benar Ayah memiliki hubungan khusus dengan wanita lain bahkan mereka sudah berencana ingin menikah. Hatiku seperti di tusuk sembilu. Bagaimana jika Ibu tahu?. Kenapa Ayah masih mencari wanita lain? Kurang baik apalagi Ibu yang selalu patuh dan berlemah lembut kepada Ayah? Kurang cantik apalagi Ibu, yang dulunya adalah bunga Desa. Selama ini Ibu sangat bahagia hidup bersama dengan Ayah, tapi kenapa Ayah tidak bisa bahagia dengan Ibu seorang saja.
Semenjak aku tahu hubungan khusus Ayah dengan wanita lain, sikapku mulai berubah. hingga suatu malam saat kami sedang berkumpul di ruang keluarga. Ayah benar-benar menorehkan luka di hatiku.
“Minggu depan Tari akan tinggal di rumah kita,” ucap Ayah tiba-tiba.
“Siapa Tari, Ayah”? Tanyaku pura-pura tidak tahu.
“Ibu barumu, Ibumu telah mengizinkan Ayah untuk menikah lagi.” Jawab Ayah dengan nada tanpa bersalah.
Ternyata Ibu telah lama mengetahui hubungan Ayah dengan wanita lain. Kenapa Ibu memendam lukanya sendiri.
Kulihat wajah Ibu yang hanya tertunduk pasrah. Bulir-bulir bening mengalir ke pipinya. Ah aku tidak bisa membayangkan betapa sakitnya hati Ibu.
“Ayah harap Adinda bisa menerimanya.” Lanjut Ayah.
“Tidak Ayah, Adinda tidak akan pernah bisa menerima wanita itu.” Jawabku dengan emosi yang mulai memuncak. Kemudian berlari menuju kamar dan membanting pintu kamarku.
“Ibu, kenapa mengizinkan Ayah menikah lagi? Tanyaku saat kami duduk di beranda rumah.
“Bahagia Ayahmu adalah bahagia Ibu Nak.” Jawab Ibu dengan mata berkaca-kaca.
Sungguh beruntung aku lahir dari rahim wanita luar biasa sepertimu Ibu.
Ayah benar-benar membawa wanita itu pulang ke rumah. Pantesan Ayah tertarik dengan wanita itu. Dia cantik dan jauh lebih muda dari Ibu. Dan semanjak kedatangan wanita itu suasana rumah tidak lagi sehangat dulu. Apalagi melihat sikap Ayah yang jauh berubah. Kadang aku melihat Ibu menagis diam-diam. Tapi Ibu masih saja mempertahankan rumah tangganya yang telah retak. Hingga suatu hari Ibu membawakan kabar gembira tentang kehamilannya yang telah memasuki dua bulan. Ayah bahagia dan mulai memperhatikan Ibu. Tapi itu hanya dua minggu. Setelah itu Ayah kembali cuek seperti biasa dan sibuk dengan istri mudanya. Semakin hari perut Ibu semakin besar, tapi sikap Ayah tidak juga berubah. Hingga Ibu benar-benar meminta yang tidak pernah ia inginkan terjadi selama ini. Ibu meminta cerai dari Ayah karena tidak tahan lagi melihat sikap Ayah. Dan Ayah mengabulkan permintaan Ibu, tanpa sedikitpun membujuk Ibu untuk kembali.
Beginikah cinta? Kemana janji-janji yang di ucapkan dulu ketika ijab-qabul itu di lafazkan? Kemana kisah cinta yang selalu dibanggakan Ayah kepadaku dulu semudah inikah ia tenggelam? kenapa kisah cinta yang hanpir terbangun duapuluh tahun harus berakhir dengan sangat memiriskan? Apakah cinta itu benar telah lenyap atau cinta tidak pernah menyatu dengan hati, tetapi hanya ad di ucapan saja.
Semenjak percerain Ayah dan Ibu. Aku memilih ikut bersama Ibu. Kami mengontrak rumah sederhana dan memulai hidup baru. Tapi ketika usia kendungan Ibu memasuki delapan bulan, aku harus merelakan kepergiaan Ibu untuk selama-lamanya. Ibu mengalami pendarahan karena terlalu banyak berkerja. Bayi di kandungan ibu juga tidak bisa di selamatkan. Saat itu ingin sekali aku menyalahkan Ayah dengan rasa benci yang kian menumpuk di hatiku. Tapi aku ingat pesan Ibu.
“Adinda, jangan pernah membenci ataupun menaruh dendam kepada Ayahmu. Walaubagaimanapun ia adalah Ayahmu, di dalam darahmu juga mengalir darah Ayahmu.”
Dan pesan Ibu telah kubuktikan. Saat-saat Ayah menghembuskan napas terakhirnya aku berada di sampingnya.Tapi luka yang telah tertoreh di hatiku sulit untuk aku sembuhkan dan membuat aku trauma untuk melangkah.
“Adinda, ko melamun? Suara Cici teman satu kantorku membuyarkan lamunanku.
“Ada apa? Apakah masalah Faiz?” Tebaknya.
Aku menoleh kearahnya sambil menghapus air mataku yang menitik.
“Faiz sudah lelaki ke tujuh yang mengajakmu menikah dank au telah mengenalnya hampir lima tahun, masihkah kau menolaknya?” Ucap Cici yang sudah tahu semua tentang kisah hidupku.
“Ibuku dulu sebelum menikah juga telah mengenal Ayahku hampir enam tahun bahkan hubungan mereka sangat dekat, tapi apa yang Ibu dapatkan dari Ayah…” Ujarku dengan suara yang bergetar.
“Masih adakah lelaki yang mengerti tentang cinta, Cici.” Lanjutku dengan air mata yang kembali mengalir.
Hening
Perlahan Cici meraihku kedalam pelukannya seolah ikut mersakan lukaku.
“Adinda sayang, luka itu bukan untuk kau rawat, tapi untuk kau sembuhkan,kau harus berani melangkah dan percayalah tidak semua lelaki seperti Ayahmu.”
Aku menatap Cici dalam-dalam melihat kesungguhan dimatanya.
“Buktinya Ayahku setia kan!” lanjutnya dengan senyuman yang mengembang.
Akupun ikut tersenyum kemudian melangkahkan kakiku keluar dari kamar.
“Adinda, mau kemana?” Tanya Cici.
“Mau memberikan sebuah jawaban.” Jawabku sambil melemparkan senyum kearahnya.

Minggu, 03 April 2011

Serial Magang



31 Maret 2011, barakhir sudah cerita magang. Tidak aka ada lagi ribuan arsip yang menggunung dan siap untuk di masukkan ke dalam file, untuk di periksa,dan untuk di berikan no urut. Tidak akan kujumpai wajah-wajah ramah dan senyuman ramah para karyawan. Tidak aka nada lagi sikap menjengkelkan para OB. Tidak aka nada lagi makanan-makanan gratis. Tidak aka nada lagi tempat persemediaanku. Dan tidak aka nada OL gratis ^_^. Selamat tinggal. Dua bulan sudah aku berstatus karyawan bank ecek-ecek. Dua bulan sudah aku mengumpulkan capek. Pergi jam 06.30 dan pulang jam 18.00. Dulu saya berpikir akan bertamabah kurus, tapi ternyata berat badanku bertambah. Alhmdulilah magang membawa berkah. Dulu ketika pertengahan magang aku ingin magang ini cepat berkhir,tapi ketika perpisahan itu datang, seperti ada sesuatu yang menyentak hatiku yang membuat Kristal di ujung bola mata saya akhirnya jatuh juga. Ada canda ada tawa,ada pahit ada manis, ada sedih ada bahagia, ada siang ada malam, nah begitu pula dengan pertemuan, ada pertemuan ada juga perpisahan. Ya begitulah hidup. Kini telah kutinggalkan selembar cerita tentang magang di deretan kata-kataku. Esok aku mulai kembali ke duniaku. Menyelesaikan kuliahku dengan target 4 tahun harus serjana. Menjalankan amanah baru yang lebih berat dan aku yakin bisa menjalankannya. Esok aku akan kembali mengejar mimpi-mipiku menjadi penulis. Penulis sehebat Asma Nadia dan seromantis Kang Abik ^_^. Selamat datang semester 6. Selamat datang masa depan. Selamat datang jiwa baru. Selamat datang semangat baru.