Senin, 27 Mei 2013

Mempersentasikan Harapan


Pada rangkain bangau kertas
kutuliskan ribuan harapan pada tiap sayapnya
kemudian kusuruh mereka terbang untuk menyampaikan kepada pemilik harapan
semoga esok juga sampai kepadamu

Saya ingin menikah, kemudian memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehah dari seorang lelaki yang sholeh
Saya ingin menjadi penulis yang bukunya laris manis, kemudian royaltinya bisa saya gunakan sebagai biaya S2 untuk mendalami tentang sastra
Saya ingin menjadi pengusaha memiliki banyak uang yang saya bisa gunakan untuk membantu keluarga terutama menghajikann Ibu
Saya ingin melewati musim semi, menemui musim gugur dan menatap guguran salju ah tinggi sekali bukan?
Tapi yang paling pasti saya teramat ingin menjadi wanita sholehah yang dicemburui para bidadari surga

Senin, 20 Mei 2013

Kepadamu Lelaki Berhati Malaikat




        Apa yang harus kutulis tentangmu Paman? Tentang hatimu. Sekalipun Mei ini tak basah, kuntum-kuntum akan tetap bermekaran di hatimu. Begitulah Paman kau yang menjelma menjadi malaikat di keluargaku, datang bersama hujan dan matahari beranak pelangi sehingga aku mulai berani merangkai mimpi. Andai saja kau tak seperti ini mungkin aku hanya bisa menyembunyikan mimpi pada ribuan sayap burung-burung yang kutemui di setiap hijaunya pematang sawah. Tapi Paman, kasih  sayang Allah selalu melimpah-limpah. Menjadikan hatimu seperti malaikat untuk menanggung segala biaya hidupku bahkan juga keluargaku. Begitu pula dulu untuk beberapa bulan yang lalu. Aku yang kebingungan mencari berlembar-lembar rupiah untuk menyelesaikan mimpi serjanaku. Dan lagi kau yang menjelma menjadi malaikat. Padahal pagi itu basah, kau tetap saja menjumpaiku dengan sejumlah rupiah yang aku butuhkan bahkan lebih. Sehingga aku tak mampu menahan haru yang menumpuk di ujung mataku. Sunggu Paman terkadang ingin sekali aku memasuki hatimu sekedar melihat hati malaikat yang kau miliki.
            “Kalian tak akan pernah menemukan Paman sebaik ini pada Paman siapa pun.” Begitu yang selalu dikatakan Ibu dan aku menyimpannya dalam-dalam takut sekali membuatmu kecewa. Maka Paman, pada setiap hujan yang turun aku menitipkan namamu berharap langit menyediakan istana untukmu di Syurga nanti. Sebab hanya itu yang mampu kubingkiskan untukmu walaupun kau tak pernah menuntut apa-apa dariku selain menjadi gadis baik-baik. Terima kasih Paman, sungguh aku menyayangimu seperti putihnya awan, beningnya embun, dan jernihnya mata air.


          

Jumat, 17 Mei 2013

Aku Menamainya Pelangi



          Tiba-tiba saja  menulismu tentangmu jemariku menjadi kaku. Mungkin saja kau tak bisa kudefnisikan dengan kata tak juga dengan lisan. Aneh sekali bukan? Ah bukankah kita sudah terbiasa dengan keanehan?
            Aku tahu, kau pasti sedang tersenyum-senyum membaca tulisanku ini. Dan itu tak masalah bagiku. Aku hanya khawatir kau akan menggunakan jurus angin yang seperti biasa kau lakukan setiap kali bertemu dengan wajahku. Untuk sebuah alasan yang belum mampu teredeteksi. Opss, sebenarnya begini bukan aliran tulisanku. Kau juga tahu tulisanku adalah pemilik melankolis sejati. Tapi entah kenapa membiarkan dirimu mengalir di ujung jemariku hanya kekonyolan yang mampu kukenang.
            Kau yang kusebut sahabat,  begitu yang bisa kusimpulkan dari kedekatan kita walaupun  usiamu satu tahun lebih muda dariku. Kau juga tak keberatan bukan? Bahkan kau selalu merasa menjadi nenek setiap kali berbicara denganku. Terlalu kekanak-kanakan kah aku? Entahlah , yang kutahu menjadi sahabatmu membuat senjaku lebih istimewa sehingga aku paham, aku  memiliki sayap untuk kubawa terbang merangkai mimpi . Mungkin  benar sahabat itu adalah seseorang yang selalu memberikan energi positif untuk kau terus berkarya. Dan aku menemukan itu pada dirimu. Kau perempuan  yang cerdas. Yang terkadang bisa mengalahkan om Mario Teguh untuk mengembalikkan kepercayaan diriku yang pasang surut seperti air laut. Walaupun di sisi lain kau  terlihat odong sekali. Ah bukankah aku juga sama odongnya denganmu hahaha. Justru karena itulah persahabatan kita penuh dengan  warna yang kunamai dengan pelangi. Maka aku hanya berharap persahabatan kau dan aku hanya akan bermuara pada satu tempat, Ridho Allah. Sama seperti aliran sungai-sungai yang hanya akan bermuara pada saau tempat, laut.

Senin, 13 Mei 2013

Laut




"Jika suatu saat kau teramat letih
datanglah ke tempat ini
Menjumpai pantai, mendengarkan debur ombak dan menunggu terbitnya senja

Maka laut akan membuatmu paham bahwa hari yang kau lewati harus selalu biru"

Cerita Ayah, dulu lama sekali

Minggu, 12 Mei 2013

Lelaki Yang Akan Menikahiku Kelak


Lelaki yang akan menikahiku kelak
tidaklah semulia Muhammad
tidak setaqwa Ibrahim
tidak sepandai Sulaiman
tidak secerdas Isa
tidak seberani Ismail
apalagi setampan Yusuf
Tapi hanya lelaki akhir zaman yang berusaha menjadi shaleh.
Karena akupun
tak semulia Khadijah
tak secerdas Aisyah
tak secantik Bilqis
tak pula setaqwa fatimah
akupun hanya wanita penuh dosa yang mencoba menjadi shalehah


Seperti sebuah perahu, berlayar melewati aliran sungai menuju laut bahkan samudra. Hingga menemukan pelabuhan untuk berhenti. Begitu pula dengan hati, esok ketika Allah telah piihkan waktu yang tepat