Sabtu, 15 Mei 2010

Puisiku




Kuteriaki sederet jeritan jiwa
menarik huruf demi huruf
yang menggeliat di anganku
lalu kurangkai kata per kata
dengan segala rasa yang tertumpuk di qalbu
hingga membentuk puisi yang tak bermelodi
terdengar sendu di sayup jiwa
kadang tak seorangpun yang mengerti

kutelusuri bait-bait keromantisan kata
melayari setiap kisah yang pernah kusinggahi
mencari tiap makna yang belum kupahami
mungkin ada tawa yang tertinggal di jejak masa
untukku ukir di langit hati

inilah puisiku nyanyian nurani
yang berkisah tentang kehidupan

Minggu, 02 Mei 2010

Bertahan



Ia menatap bintang-bintang yang bertabur di langit dunia. Ia selami kembali samudra kehidupan yang telah di arunginya. Bening kristal mulai menggenang di pelupuk matanya,. Ada getir yang menyayat hatinya di iringi nyanyian pilu yang mengalun dalam jiwanya.
“Bertahanlah seperti bertahan seekor kerang melawan butir-butir pasir lalu ia menghasilkan mutiara nan indah sebagai ganti rasa perih yang ia rasakan.” Bisik bidadari malam menyapanya.
Tatapannya beralìh pada rembulan seolah rembulan tersenyum padanya seraya berkata
“Jangan sedih ada aku yang akan meneduhkanmu, berjuta bintang akan menemanimu.”
Ia hela napasnya ,mencoba untuk tersenyum dalam perih, di hapusnya kristal yang mulai berguguran ke pipinya
“Bertahanlah," ucapnya dalam isak.
Di ikatnya kata bertahan dalam jiwanya karena ia tak ingin jatuh kembali, ia tak ingin hanyut dalam sedih, ia ingin seperti kerang menghasilkan mutiara, ia ingin menjadi mutiara untuk sang pemilik jiwanya. kelam semakin menjelaga, dipungutnya serpih lara yang gugur bersama kristal air mata untuk di anyamnya menjadi setangkai bunga kebahagiaan saat fajar menjelang kan ia petik bunga kebahagian yang telah bermekaran di taman hatinya bersama tetes embun muhabbahNya

Cinta Di Batas Senja



Kuteriaki pada langit ingin kudekap rembulan kala senja
Namun jemariku tak mampu merengkuh rembulan
Rabb…pegangi aku, bawa aku berlayar kedermaga kasihMu
Hanyutkan duka di samudra keikhlasan karna dia hanya teruntuk
bidadariMu………………..

“ Tia, maukah kamu menjadi pacarku?” kata-kata Rafi masih terngiang di ingatanku “ huuuh…” kuhela napas panjang lalu merebahkan tubuhku diatas katil.. Potongan slide masa lalu seolah tergambar kembali dipandanganku. Rafi, lima tahun yang lalu dia adalah teman satu sekolah denganku, satu kelas, dan juga satu organisasi ya…aku dan Rafi satu sma. Dari kelas satu sampai kelas tiga aku selokal dengannya. Awalnya aku tak begitu dekat dengannya, karna menurutku Rafi cowok yang pendiam,tidak mudah bergaul, dia memang termasuk kategori pintar, tapi sombong. Tapi semenjak aku dan Rafi menjadi pengurus osis, penilaianku terhadapnya berubah, Rafi yang selama ini yang kukenal sombong ternyata dibalik kesombonganya ia begitu ramah dan hangat bukan hanya itu dia juga cerdas dan bijaksana, mungkin dulu aku belum terlalu mengenalnya makanya aku langsung memvonisnya sombong karna penampilannya. Semenjak itulah aku mulai dekat dengannya. Siring berjalannya waktu, seiringnya kebersamaan di antara kami perlahan ada satu rasa yang mulai tumbuh dihatiku dan akupun menyadarinya, aku mulai menyukainya, tapi rasa itu selalu kusembunyikan, kucoba untuk menepisnya, tapi rasa itu sangat menyiksaku apalagi teman-temanku mulai menjodohkan aku dengan Rafi “ Rafi, kamu tuh cocok loh dengan Tia “ ucap Arif seusai Rafat padahal waktu itu aku dan Rafi duduk bersebelahan, Rafi hanya tersenyum menaggapi ucapan Arif sedangkan aku berusaha menyembunyikan mukaku yang memerah . Rasa itu semakin kuat saat aku tau Rafi juga menyukaiku “ Tia, Rafi itu menyukaimu” ucap Mia sahabatku dan juga sahabat Rafi “ ah gak mungkin “ ucapku dengan perasaan yang mulai gak karuan “ yee.. dibilangin gak percaya,aku beneran loh, Rafi senbdiri yang cerita sama aku malahan dia bilang dalam waktu dekat ini akan menyatakan perasaannya sama kamu” ujar Mia sambil menggodaku. Seulas senyum terukir diwajahku dan muka yang memerah tersipu malu. Waktu terus berlalu,Rafi masih seperti biasa tidak ada ungkapan cinta seperti apa yang dikatakan Mia. Kemudian aku berpikir mungkin Mia hanya ingin menggodaku membuatku gr. Aku pun mulai meredam harapan menggapnya hanya sebagai teman biasa. Hingga perpisahan sekolah aku dan Rafi hanya berteman. Rafi lulus di universitas kedokteran unand sedengkan aku tetap memilih kuliah di pekanbaru. Semanjak kuliah aku tak pernah tau bagaimana kabarnya aku juga telah menguburkan perasaanku sejak aku mulai mengenal rohis, organisasi keislaman kampus. Aku ingin berlajar islam lebih dalam lagi, berusaha manjadi muslimah yang kaffah
Satu bulan yang lalu aku kembali dipertemukan dengan Rafi saat itu aku membawa ibu berobat ternyata dokter itu adalah Rafi, penampilannya jauh berbeda dengan lima tahun yang lalu “ kamu tia kan “ ucapnya sedikit kaget “ iya” jawabku menoleh kearahnya sekilas lalu menunduk “ hay… apa kabar?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya “ alhamdulillah sehat “ jawabku sambil menelungkupkan kedua telapak tanganku ke arahnya, ia menarik tanganya kembali“ gak nyangka ya bisa ketemu di sini hmmm kamu udah banyak berubah “ ujar dengan senyuman khasnya. Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan Rafi
“ Tia, maukah kamu menjadi pacarku “kata-kata itu yang diucapkan Rafi satu minggu yang lalu lewat telpon. Dulu kata-kata itu yang selalu kutunggu-tunggu, tapi sekarang?? “huuhh” kembali kuhela napas panjang “ Tia, percayalah Rafi itu benar-benar mencintaimu, selama kuliah dia tidak pernah pacaran.saat ia ingat dengan kamu dia selelu cerita sama aku percayalah tia “ ucapan Dewi meyakinkanku “ dulu ia benar-benar ingin menyatakan perasaannya padamu, tapi ia mengurungkan niatnya karna ia merasa ia belum pantas untuk pacaran “ Dewi kembali meyakinkanku. Dewi dan Rafi satu fakultas tidak mungkin rasanya ia berbohong, tapi apakah aku harus bahagia saat Rafi menyatakan perasaanya padaku lalu menerima cintanya sedangkan aku telah memiliki prinsip hidup yang telah kubangun selama lima tahun haruskah kuruntuhkan???
“ Tia, gimana keputusanmu? Kenapa kamu belum belum meberi jawaban padaku, apakah kamu menolakku?”
“kenapa gak dibalas? Benar kamu menolakku, tapi kenapa? Apa karna aku tak punya jenggot” dua pesan masuk kuterima dari Rafi
“ bukan karna itu” balasku sambil menahan senyum
“ aku bersedia jadi pacarmu, tapi kita harus di ikat dalam ikatan suci dulu,setelah itu baru sah deh pacarannya”
“ apa??maksud kamu kita harus nikah dulu?”
“ iya”
“ Tia, kamu benaran ingin menikah denganku?”
“iya, tapi kamu harus ngaji dulu”
“ ngaji???”
“iya”
Keesoakan harinya kuserahakan no hp Rafi pada murobiku meminta morobiku mencarikan murobi untuk Rafi, Rafi menyetujui persyaratan yang ku ajukan “Ya Allah sambatkanlah HidayahMu ke delam hatinya sungguh Kau maha mengetahui sosok imam yang ku impikan yang akan membawaku meniti syurgaMu, mengutkan cintaku padaMu”

“ Tiara, maukah kau menjadi teman hidupku, menemani perjalanan panjangku” sms yang kuterima dari Rafi sangat berbeda dengan sms yang ku terima lima bulan yang lalu, dulu ia menginkan aku menjadi pacarnya,sekarang ia menginkanku menjadi teman hidupnya. Tetes embun cinta mulai jatuh ke hatiku
“ insyaAllah” jawabku singkat sambil menatap rembulan yang tersipu malu diterpa angin
Setiap bunga memiliki bunga disisinya begitupun dengan jiwa pasti kan bertaut dengan jiwanya yang terbingkai dalam RedhoNya

***

“ assalamualaikum”
“waalaikumsalam” jawab suara yang diseberang
“ Tia, Rafi kecelakaan, sekarang keadaannya kritis” ucapnya dengan suara serak
Genggang telpon yang kupegang lepas begitu saja

Kutatap tubuh yang terbaring lemah itu, sosok yang berada di hadapanku adalah Rafi sangat berbeda, jarum inpus melingkari tangannya, dimulutnya terpasng oksigen. Seketika tangisku pecah “ sabar Tia” ibu menenangkanku “ hanya doa yang bisa kita lakukan saat ini”. Bergegas kumelangkahkan kaki menuju musoalah yang berada di rumah sakit., kutumpahkan rasa sesak yang dari tadi mendorong tangisku, ku bingkis doa untuk Rafi semoga Allah berikan ia kekuatan”


Gundukan tanah itu masih terlihat merah setelah hampir satu bulan mengalami koma,Rafi menghembuskan napas terakhirnya masih terlihat jelas di pandanganku saat ia menghembuskan napas terakhirnya wajahnya begitu damai. ia tak kan pernah terjangkau olah pandanganku lagi.ia telah pergi untuk selamanya, sekarang aku tau kenapa majnun menjadi gila?, kenapa Juliet rela menghabiskan napasnya?, tapi aku aku tak akan memilih jalan majnun,ataupun Juliet. Aku mencintaiNya karna Allah dan ketika Allah mengambil ia dariku aku harus ikhlas karna bidadari di sana lebih pantas untukNya dan Allah maha tau apa yang terbaik untukku. Senja mulai merenang menuju malam kuhanyutkan sepotong kisah bersama tetes embun yang terus mengalir di ujung mataku.