Senin, 20 Mei 2013

Kepadamu Lelaki Berhati Malaikat




        Apa yang harus kutulis tentangmu Paman? Tentang hatimu. Sekalipun Mei ini tak basah, kuntum-kuntum akan tetap bermekaran di hatimu. Begitulah Paman kau yang menjelma menjadi malaikat di keluargaku, datang bersama hujan dan matahari beranak pelangi sehingga aku mulai berani merangkai mimpi. Andai saja kau tak seperti ini mungkin aku hanya bisa menyembunyikan mimpi pada ribuan sayap burung-burung yang kutemui di setiap hijaunya pematang sawah. Tapi Paman, kasih  sayang Allah selalu melimpah-limpah. Menjadikan hatimu seperti malaikat untuk menanggung segala biaya hidupku bahkan juga keluargaku. Begitu pula dulu untuk beberapa bulan yang lalu. Aku yang kebingungan mencari berlembar-lembar rupiah untuk menyelesaikan mimpi serjanaku. Dan lagi kau yang menjelma menjadi malaikat. Padahal pagi itu basah, kau tetap saja menjumpaiku dengan sejumlah rupiah yang aku butuhkan bahkan lebih. Sehingga aku tak mampu menahan haru yang menumpuk di ujung mataku. Sunggu Paman terkadang ingin sekali aku memasuki hatimu sekedar melihat hati malaikat yang kau miliki.
            “Kalian tak akan pernah menemukan Paman sebaik ini pada Paman siapa pun.” Begitu yang selalu dikatakan Ibu dan aku menyimpannya dalam-dalam takut sekali membuatmu kecewa. Maka Paman, pada setiap hujan yang turun aku menitipkan namamu berharap langit menyediakan istana untukmu di Syurga nanti. Sebab hanya itu yang mampu kubingkiskan untukmu walaupun kau tak pernah menuntut apa-apa dariku selain menjadi gadis baik-baik. Terima kasih Paman, sungguh aku menyayangimu seperti putihnya awan, beningnya embun, dan jernihnya mata air.


          

Tidak ada komentar: