Tiba-tiba saja menulismu tentangmu jemariku menjadi kaku.
Mungkin saja kau tak bisa kudefnisikan dengan kata tak juga dengan lisan. Aneh
sekali bukan? Ah bukankah kita sudah terbiasa dengan keanehan?
Aku
tahu, kau pasti sedang tersenyum-senyum membaca tulisanku ini. Dan itu tak
masalah bagiku. Aku hanya khawatir kau akan menggunakan jurus angin yang
seperti biasa kau lakukan setiap kali bertemu dengan wajahku. Untuk sebuah
alasan yang belum mampu teredeteksi. Opss, sebenarnya begini bukan aliran
tulisanku. Kau juga tahu tulisanku adalah pemilik melankolis sejati. Tapi entah
kenapa membiarkan dirimu mengalir di ujung jemariku hanya kekonyolan yang mampu
kukenang.
Kau
yang kusebut sahabat, begitu yang bisa
kusimpulkan dari kedekatan kita walaupun
usiamu satu tahun lebih muda dariku. Kau juga tak keberatan bukan? Bahkan
kau selalu merasa menjadi nenek setiap kali berbicara denganku. Terlalu kekanak-kanakan
kah aku? Entahlah , yang kutahu menjadi sahabatmu membuat senjaku lebih istimewa sehingga aku paham, aku memiliki sayap untuk kubawa terbang merangkai mimpi . Mungkin benar sahabat itu adalah seseorang yang selalu
memberikan energi positif untuk kau terus berkarya. Dan aku menemukan itu pada
dirimu. Kau perempuan yang cerdas. Yang terkadang
bisa mengalahkan om Mario Teguh untuk mengembalikkan kepercayaan diriku yang
pasang surut seperti air laut. Walaupun di sisi lain kau terlihat odong sekali. Ah bukankah aku juga
sama odongnya denganmu hahaha. Justru karena itulah persahabatan kita penuh dengan
warna yang kunamai dengan pelangi. Maka aku
hanya berharap persahabatan kau dan aku hanya akan bermuara pada satu tempat,
Ridho Allah. Sama seperti aliran sungai-sungai yang hanya akan bermuara pada
saau tempat, laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar