Minggu, 11 Maret 2012

Celengan usung


Oleh: Ematul Hasanah
            Aku mengintip di balik cela-cela lemari usung ini, berharap sosok jangkung bertubuh bongsor itu tak menemukan sepasang mataku.
            Bahagia rasanya akhirnya ada gadis kecil berhati malaikat membawaku pulang ke rumahnya setelah aku tertimpuk dalam debu-debu yang membuat tubuhku semakin usung. Ditambah lagi harus menahan perih dari ejekan-ejakan yang kuterima dari bibir teman-temanku yang mengatakan aku celengan yang tak berguna karena sudah bertahun-tahun lamanya tak ada yang melirik tubuhku yang hanya terbuat dari atom sedangkan teman-temanku bertubuh logam yang menjadikan mereka begitu mempesona.
            “Sebaiknya aku buang saja kau.” Tiba-tiba tangan itu meraih tubuhku dengan kasar. Tangan milik wanita yang kupanggil tuan kerena  telah menampung hidupku. Kulihat raut kesal dari kedua bola matanya.
            “Kak, saya ingin membeli tabungan ini.” Suara gadis kecil itu menghentikan langkah tuanku.
            Namun tuanku tak menjawab hanya menatap gadis kecil itu dari ujung kepala hingga ujung kaki yang terlihat dekil sama dengan tubuhku.

            “Apa kau memiliki uang?” Tanya tuanku sinis.
            Gadis kecil itu memperlihatkan beberapa lembar uang ribuan yang kemudian dengan secepat kilat tuanku mengambil uang itu dari tangan gadis kecil itu padahal  uang itu masih meninggalkan sisa.
            “Dasar serakah!” Umpatku  saat tubuhku sudah berpindah ke tangan gadis kecil itu. Kulihat senyum merona diwajahnya yang membentuk tanya di benakku.
            “Kenapa ia begitu bahagia memilikiku bukankah aku hanya sebuah celengan usung? Tapi walaubagaimana pun aku tetap berterima kasih karena ia telah menyelamatkan hidupku.” Aku membatin dengan sebaris senyum yang kusunggingkan saat langkah gadis kecil itu berhenti di depan rumah sederhana yang dindingnya masih bercatkan batu bata.
            ***
            Seminggu sudah aku tinggal bersama gadis kecil itu di sini di kamarnya yang sempit dan tak kalah usung dengan tubuhku saat ia pertama kali menjumpaiku. Namun aku sangat beruntung memiliki tuan yang memiliki hati malaikat sepertinya. Semenjak tinggal bersamanya tubuhku tak lagi usung karena ia selalu menyimpanku di tempat yang tak dijumpai debu. Bukan hanya itu ia juga selalu rutin memberikanku makan dengan ribuan ataupun recehan yang membuat perutku semakin berat padahal aku tahu dari bibirnya ada raut kelaparan yang coba ia tahan yang kemudian kembali membuat tanya di benaku.
            “Untuk apa dia memberikanku makan begitu banyak?” Hingga kemudian aku menemukan jawab atas tanyaku pada perempuan paroh baya yang matanya selalu terlihat sembab. Wanita yang ia panggil Emak itu.
            “Besok aku harus membongkarmu, aku harus membelikan hadiah untuk Emak di hari ulang tahunnya agar Emak tak lagi sedih.” Ujarnya  dan kulihat ada luka pada sepasang mata polos milik gadis kecil itu. Yang kemudian aku tahu luka itu adalah irisan dari lelaki yang baru saja dinikahi Emaknya setelah beberapa tahun Bapak kandungnya meninggal. Namun suami baru Emaknya itu tak mendatangkan bahagia ataupun merubah kondisi keluraganya menjadi lebih baik. Melainkan kehadiran lelaki itu semakin membuat keluarganya menderita karena suami baru Emaknya itu bukan hanya seorang penjudi tapi juga seorang ringan tangan yang membuat mata Emaknya sembab karena memakan hati dan menerima pukulan yang bertubi-tubi dari lelaki itu. Dan gadis kecil itu ingin mengahapus sembab dari mata Emaknya dengan membelikan Emaknya hadiah di hari ulang tahun Emaknya dengan uang ia yang kumpulkan. Namun kini aku melihat gadis kecil itu menangis pilu saat menemukanku tergeletak dengan perut yang terbelah.
            Aku masih menatap lelaki bertubuh bongsor itu. matanya memerah sepertinya ia sedang mencari sesuatu saat tuanku tak menempati kamarnya. Tiba-tiba di balik celah lemari ini mata kami bertemu dan dengan kasar ia merengkuh tubuhku kemudian secepat kilat ia merobek perutku mengambil makanan yang kusimpan tanpa meninggalkan sisa kecuali luka di mata gadis kecil itu yang semakin mendalam karena tak ada hadiah yang akan ia bingkiskan untuk Emaknya seperti mimpinya di hari kemaren.

Tidak ada komentar: