Kamis, 06 September 2012

5 September

   
                                                                                                           
-->
        5 Sepetember empat tahun sudah berlalu malam-malam menyesakkan dada, atas sebuah kehilngan yang membuatku menghabiskan ratusan lembar kertas hanya untuk bercerita tentangmu entah sebab alasan apa. Perasaankah? Entahlah aku tak pernah paham dengan perasaan, tapi yang kutahu saat itu aku suka menjadi temanmu, berbagi sedikit keluhku, dan mendengarkan ratusan nasehat darimu ataupun sebuah cerita lucu sebagai caramu menghiburku, walaupun kadang sama sekali tak lucu. Begitulah persahabatan itu terjalin. Mungkin saja berbentuk perasaan meski teramat kaku karena terlalu sulit untuk mengakui tak seperti remaja seusia kita begitu mudah mengumbar rasa. Mungkin juga sebab kau dan aku terlalu malu ataupun gengsi yang coba kita pertahankan. Ah itu tak penting toh akhirnya kita sama-sama tahu meski hanya dalam bilangan hari. Karena prinsip yang coba kita pertahankan yang harus pergi tanpa ada penyelesain perasaan. Tapi bukankah telah usia?
            5 september  adalah ending dari kisah yang tak tentu sejak kapan ia bermula. Sebuah akhir yang teramat perih. Berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan bertahun lamanya menutup kemungkinan yang akan datang. Mencoba benar-benar belajar sebenarnya cinta yang membuat aku mulai paham maksud kehilangan. Tak seharusnya luka? Bukankah begitu? Kau juga pernah mengatakan jika tak di dunia mungkin di syurga. Semoga saja meski tak seperti pertemuan yang pernah kita inginkan. Tapi Allah maha baik memilihkan bidadari untukmu, tentu tak sebanding denganku. Terima kasih pernah memberi makna hingga aku paham dengan warna. Terima kasih pernah menjadi sebagian hari membuat aku mulai banyak mengerti tentang hidup.
            5 september empat tahun lalu ribuan malaikat datang menjemputmu, menggugurkan dosa-dosamu dalam sakit yang berbulan-bulan yang kau tahan hingga Ramadhon membawamu, sungguh bulan yang mulia. Kini sudah saatnya aku melepaskanmu sejauh mungkin, mencoba membujuk hati menerima yang datang meski tak akan mudah. Tapi Allah selalu punya cara yang indah menggantikanmu untuk aku meletakkan sebanar-benarnya hati. Mungkin ini adalah tulisan terakhirku tentangmu seiring doa yang kusampaikan disetiap sujud. Semoga kau damai disana selamanya.

                                                                                                            Ketika cerita tak lagi berujung tangis



Tidak ada komentar: