-->
5
Sepetember empat tahun sudah berlalu malam-malam menyesakkan dada, atas sebuah
kehilngan yang membuatku menghabiskan ratusan lembar kertas hanya untuk
bercerita tentangmu entah sebab alasan apa. Perasaankah? Entahlah aku tak
pernah paham dengan perasaan, tapi yang kutahu saat itu aku suka menjadi
temanmu, berbagi sedikit keluhku, dan mendengarkan ratusan nasehat darimu
ataupun sebuah cerita lucu sebagai caramu menghiburku, walaupun kadang sama
sekali tak lucu. Begitulah persahabatan itu terjalin. Mungkin saja berbentuk
perasaan meski teramat kaku karena terlalu sulit untuk mengakui tak seperti
remaja seusia kita begitu mudah mengumbar rasa. Mungkin juga sebab kau dan aku
terlalu malu ataupun gengsi yang coba kita pertahankan. Ah itu tak penting toh
akhirnya kita sama-sama tahu meski hanya dalam bilangan hari. Karena prinsip
yang coba kita pertahankan yang harus pergi tanpa ada penyelesain perasaan.
Tapi bukankah telah usia?
5 september adalah ending dari kisah yang tak tentu sejak
kapan ia bermula. Sebuah akhir yang teramat perih. Berhari-hari,
berbulan-bulan, bahkan bertahun lamanya menutup kemungkinan yang akan datang.
Mencoba benar-benar belajar sebenarnya cinta yang membuat aku mulai paham
maksud kehilangan. Tak seharusnya luka? Bukankah begitu? Kau juga pernah
mengatakan jika tak di dunia mungkin di syurga. Semoga saja meski tak seperti
pertemuan yang pernah kita inginkan. Tapi Allah maha baik memilihkan bidadari
untukmu, tentu tak sebanding denganku. Terima kasih pernah memberi makna hingga
aku paham dengan warna. Terima kasih pernah menjadi sebagian hari membuat aku
mulai banyak mengerti tentang hidup.
5 september empat tahun lalu ribuan
malaikat datang menjemputmu, menggugurkan dosa-dosamu dalam sakit yang berbulan-bulan
yang kau tahan hingga Ramadhon membawamu, sungguh bulan yang mulia. Kini sudah
saatnya aku melepaskanmu sejauh mungkin, mencoba membujuk hati menerima yang
datang meski tak akan mudah. Tapi Allah selalu punya cara yang indah
menggantikanmu untuk aku meletakkan sebanar-benarnya hati. Mungkin ini adalah
tulisan terakhirku tentangmu seiring doa yang kusampaikan disetiap sujud.
Semoga kau damai disana selamanya.
Ketika cerita tak lagi berujung tangis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar