Jumat, 14 September 2012

Aku Tahu Itu Sulit Untukmu Bu


                   Bu, aku tahu itu teramat sulit untukmu. Menghidupi kami dengan keringatmu. Tanpa ada seorang suami yang bisa kau andalkan. Meski saudara-saudaramu teramat peduli dengan kondisimu. Menawarkan janji-janji masa depan yang lebih indah dengan menempatkan kami ke bangku Universitas yang tentunya tak akan mampu jika hanya mengaharpakan penghasilan darimu. Bukan hanya itu saudar-saudramu juga peduli setiap kali lebaran datang berkunjung, memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang kami inginkan hingga tak seincipun kami pernah merasakan kekurangan walaupun seharusnya bukan ke mereka tempat kami mengadu sejak Ayah tiada. Masih ada Abang dan kakak yang seharusnya bertanggung jawab atas makan, pakaian, bahkan pendidikan sekalipun. Tapi entah lah Bu aku tak pernah paham dengan sikap mereka yang begitu dingan. Seolah-olah tak ada darah yang menyatukan kami. Dan aku memang tak mampu untuk melakukan apapun untuk sekedar menuntut. Bukan karena lemah tapi kerenamu Bu yang tak pernah mengizinkan aku untuk melakukannya.

            “Bukankah tanpa mereka kalian bisa makan, bahkan bisa sekolah yang tinggi.” Begitulah kata-katamu yang selalu kuingat. Meski ada air mata yang kau sembunyikan setiap kali kita berbincang tentang keluarga yang sama sekali tak pernah kutemui keharmonisan. Hanya luka saja lah yang kupendam rapat-rapat. Biar saja Bu tak mengapa luka mungkin dengan begitu aku akan menjadi perempun yang kuat sepertimu.
            Bu, sungguh aku teramat bangga lahir dari rahimmu. Meski kau bukanlah memiliki jabatan PNS. Meski yang kau miliki hanya ijazah SD, dan meski kau tak lagi cantik dengan beberapa deretan gigi yang tak lagi mampu kau tutupi.
            “Jika kalian tidak kuliah gigi emaspun bisa dibeli.” Garaumu. Tapi itu tidak penting bagiku Bu. Walaupun semua orang mengatakan kau jelek tapi bagiku kau adalah perempuan tercantik di dunia. Tak ada satupun yang bisa menandingi kecantikanmu. Sungguh Bu aku teramat mencintaimu. Kata yang tak mampu ku ucapkan setiap saat. Karena kau lebih memahamiku rasa gengsi yang entah dari siapa kuterima. Tapi aku tahu kau bisa merasakan cintaku lewat setiap tulisan-tulisan yang selalu menjadikanmu sebagai inspirasiku.
            Bu, maafkan aku jika sampai hari ini masih saja membuatmu sulit. Masih meminta uang di usiaku yang tak lagi remaja. Menangis seolah-olah aku masih berstatuskan akan SD. Bahkan sampai hari ini aku tak kunjung mampu mempersembahkan toga untukmu. Maafkan aku Bu.  Karena belum ada yang bisa kau banggakan dariku.
             Bu sungguh aku sudah berusaha semampu yang kubisa. Mungkin saja Allah punya rencana yang lebih indah untukku. Bukankah dulu itu yang selalu kau katakan saat aku benar-benar tepuruk dalam kegagalan. Yang kemudian mengantarkan aku menjadi penulis meski namaku masih teramat kecil. Tapi tunggulah esok Bu ketika rencana indah telah kutemukan. Aku tak akan membuatmu sulit. kau tak perlu lagi meninggalkanku di pagi yang buta. Dan kau tak perlu menghabiskan keringatmu di bawah panasnya metahari, bahkan jika kau memintaku untuk menunda pernikahan yang sudah kutargetkan, tak masalah bagiku. Karena yang paling penting bagiku adalah membahagiakanmu. Membangun keluarga sederhana seperti yang pernah kita mimpikan. Kumohon doa-doa darimu tak pernah kering terutama selalu mendoakanku menjadi anak sholehah yang tak pudar mencintaimu setulus hati dalam bentuk apapun. Karena syurgaku ada di bawah telapak kakimu.

Tidak ada komentar: