Senin, 22 April 2013

Apa Kabar?

        Apa kabar?  Kalimat ini terasa kaku sekali bukan? Seharusnya wajar saja jika aku bertanya kabarmu untuk wajah kita yang lama sekali tak saling bersitatap. Mungkin hampir setahun. Rindu? Tentu saja seperti senja kita yang masih saja ranum, masih saja indah, masih saja istimewa yang masih meyediakan ruang untuk kita berbincang  sederhana tentang mimpi-mimpi kita.

        Apa kabar? Kudengar dari angin kau sudah menyelesaikan kuliah kedokteranmu. Selamat aku ikut bahagia, akhirnya mimpimu menjadi nyata. Bagaimana dengan lelaki ilalangmu? Bukankah kau dulu sangat ingin menikah dengan lelaki yang menghadiahkan seribu ilalang untukmu? Konyol sekali bukan ? Sama konyolnya dengan impian cinderelaku.

    Apa kabar?Ah kalimat ini masih saja terasa kaku mungkin karena hati kita yang berubah beku. Entah sejak kapan luka itu bermula tanpa ada alasan yang bisa kita beri nama. Tak bisakah kita seperti dulu? Seperti sepasang saudara kembar meski membentuk angka sebelas. Ya, kau tetap utuh manjadi nol dan aku yang tak berubah menjadi satu.  Seharusnya kau tak pernah menyalahkan pilihanku tentu masih banyak potongan-potongan senja yang bisa kita habiskan bersama. Bukankah Tuhan kita masih sama? Rasulmu juga menjadi Rasulku bahkan kita masih sama menjadikan al-‘qur’an sebagai pedoman. Lantas kenapa hati kita harus menjadi jauh hanya kerana jalan kita sedikit berbeda?

    Entahlah pertemuan kita di suatu petang tiga tahun yang lalu membuat hati kita berubah menjadi jarak jauh sekali berbulan-bulan dan bertahun-tahun hingga kita sama-sama berubah menjadi sunyi. Kau tahu? Aku masih tetap menyimpan tentangmu dalam-dalam.
Untuk seorang Sahabat
Kota bertuah, 18 April 2013




Tidak ada komentar: