Rabu, 18 Juli 2012

Baju Lebaran


Oleh: Ematul Hasanah
            “Abah, lebaran besok Lisa ingin dibelikan baju baru!” Permintaan Lisa masih berdengung di daun telingaku
            “Iya sayang, besok akan Abah belikan.”  Ujarku menatap penuh cinta malaikat kecilku yang baru saja genap berumur 7 tahun. Meski aku sendiri tidak yakin apakah aku mampu untuk membelikannya baju baru  di lebaran kali ini. Dengan penghasilanku sebagai penjual jagung bakar selama ini hanya cukup untuk menutupi perut kami agar tak kosong.
            Aku hanya seorang penjual jagung bakar. Yang saban hari duduk berjam-jam lamanya di tepi sungai  siak. Menanti pembeli yang hanya satu, dua, bahkan kadang tak ada satupun. Apalagi di bulan ramadhan aku hanya berjualan saat mentari mulai tenggelam hingga isya menjelang.  Hingga sering kali aku pulang dengan tangan kosong. Hanya mampu memberikan janji-janji indah kepada Lisa. Satu-satu harta yang paling berharga yang kumiliki. Buah cinta aku dengan Ros, perempuan yang dulunya bahkan sampai hari ini masih kucintai. Meski ia lebih memilih untuk pergi. Karena tak sanggup hidup berlama-lama denganku dalam kondisi yang serba kekurangan. Meninggalkan  Lisa sebagai  satu-satunya  alasanku untuk tetap bertahan hidup. Dalam bentuk apapun.

            “Pak, jagungnya ” Suara wanita bertubuh gempal itu menghentikan lamunanku.
            “Berapa dik?” Tanyaku mulai meraih beberapa jagung.
            “Dua aja Pak.”
            “Terima kasih Pak.” Perempuan itu beranjak meninggalkan selembar rupiah yang hanya cukup untuk membeli sebungkus nasi. Sementara senja sempurna tenggelam.
            ***
            “Abah bohong.” Isak Lisa saat aku pulang tanpa membawakan baju baru untuknya.
            “Abah tidak bohong sayang.” Aku mencoba membujuknya.
            “Esok Abah janji akan membelikan baju baru yang paling bagus untuk Lisa.” Aku membelai rambut panjangnya yang membelakangiku.
            “Abah tidak bohong kan?” Tangis Lisa terhenti kini kedua bola matanya menatapku penuh selidik.
            Aku menggelang mencoba tersenyum sewajar mungkin
            “Hore Lisa punya baju lebaran.” Tangis yang tadi pecah seketika berubah menjadi  tawa yang membuat hatiku sedikit membaik.
            “Baju lebarannya yang seperti punya Anis ya bah, yang banyak pita-pitanya cantik sekali bah.”
            “Iya sayang.” Gumamku menghapus sisa air matanya yang melelah. Meski esok aku tak pernah tahu apakah aku mampu memenuhi pintanya. Hanya berharap semoga esok akan banyak yang membeli jagung bakar yang kubawa.
            ***
            Aku berjalan gontai. Tak menghiraukan cacaing-cacing yang menggelitik perutku. Membiarkan keringat berguguran di wajahku. Namun tak membuat rasa kecewaku ikut berguguran. Karena hari ini jangankan untuk memenuhi janjiku kepada Lisa, untuk membeli sebungkus nasipun aku tak memiliki uang. Setelah tak ada satupun yang ingin membeli jagung bakar. Sementara esok lebaran menjelang.
            “Jangan lupa baju lebaran buat Lisa ya Bah.” Suara Lisa tadi pagi melintas di benakku. Membuat hatiku perih kerena lagi-lagi aku tak mampu memenuhi keinginannya.
            Aku terus membawa langkah membiarkan senja berlalu. Masih mencari-cari alasan untuk kusampaikan kepadanyanya nanti biar kecewa tak terlalu dalam. Hingga kutemukan perempuan paroh baya yang sedang berdiri seorang diri menunggu angkutan umum. Dengan tas yang melingkar di lengannya.
            Tiba-tiba saja niat jahat itu menyinggahi benakku.
            “Larikan saja tasnya.” Entah dari mana bisikan itu.
            Aku masih mematung tak mengalihkan pandangan sejengkalpun dari wanita paroh baya itu.
            “Ayo lah tidak akan ada yang tahu kalau kau melarikan tas miliknya.” Bisikan itu semakin mendesakku.
            Perlahan aku mulai melangkah dengan tubuh yang bergetar karena untuk pertama kalinya aku melakukan hal seperti ini.
            “Ayo lah cepat jangan tunggu terlalu lama.” Bisikan itu semakin dekat saat hanya tinggal beberapa langkah lagi tas milik perempuan itu akan berpindah ke tanganku.
            “Abah, Lisa ingin dibelikan baju lebaran.” Suara Lisa dengan segala kepolsannya membuat hatiku terhentak hingga langkah tak berlanjut.
            “Apa yang sedang aku lakukan?” sesalku tersungkur membiarkan perempuan paroh baya itu berlalu tanpa tahu akan niat jahat yang baru saja ku urungkan.
            ***
            "Allahu Akbar, Allahu Akbar...Allahu Akbar... Laa Illah ha illahahu allahu akbar allahu akbar walillahilham”
            Suara takbir saling berkejaran dan mendekat mungkin saja akan ada takbir keliling. Namun aku terus melangkah menuju pulang. Dengan sisa jagung bakar yang masih menumpuk-numpuk.
Mencoba melupakan kejadian yang tertinggal.  menguatakan hati untuk mengatakan kepada Lisa aku tak mampu membelikan baju baru untuknya di lebaran kali ini. Lisa harus terbiasa tanpa baju lebaran bahkan tanpa makan sekalipun. Kerana ia hanya anak dari penjual jagung bakar. Meski aku sangat ingin membelikan baju lebaran untuknya seperti yang selalu dimiliki teman-teman seusianya. Tapi bukan dengan keringat haram yang hampir saja kubawa pulang.
            “Pak, jagungnya masih banyak?” Suara lelaki yang menggunakan peci dan berbaju koko itu mendekatiku membuat langkahku terhenti.
            “Masih dik.” Jawabku berharap ia berkenan membeli jagung bakar milikku meski hanya satu. Setidaknya uang itu bisa kugunakan membeli sepotong roti buat Lisa.
            “Saya beli saja semua jagung punya Bapak.”
            “Banyak benar dik.” Aku masih tak percaya dengan ucapan yang baru saja mengalir dari bibir lelaki itu.
            “Iya, Pak nanti bisa dimakan setelah takbir keliling.” Ia meraih dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang puluhan ribu.
            Dan bibirku kelu seiiring tangan yang bergetar menerima beberapa lembar uang darinya.
            Hanya beberapa menit sepeninggalan lelaki itu aku segera melangkah untuk memenuhi janjiku kepada Lisa.
            “Lisa Abah akan belikan baju lebaran untukmu nak.” Lirihku seiring air mata haru yang membuat dadaku semakin sesak.

Tidak ada komentar: