Pulang
ke Bengkalis sama saja kembali melihat saya kecil. Dengan potongan rambut petak
ala Dora lengkap dengan poni. Berlarian girang dengan tas sandang belakang.
“Mak, ado lopek[1]?”
pertanyaan yang sering kali saya tanyakan setiap kali pulang sekolah. Saking seringnya
malah nama saya berubah jadi lopek. Namun tidak dengan kepulangan saya kemeran
setelah hampir 11 tahun lamanya saya menetap di Bangkinang. Tak ada lagi saya
dengarkan panggilan usil dari bibir sahabat-sahabat yang dulu begitu akrab
dengan hari-hari kecil saya. Ya, sebab kebanyakan dari mereka juga memilih
merantau atau pun menikah dan ikut bersama suami. Tentu saja kecewa karena
salah satu alasan terkuat pulang ke Bengkalis adalah ingin sekali menemukan
wajah mereka. Yang dulu masih begitu culun. Seharian bermain guli jika liburan
sekolah ataupun memilih menghabiskan sore di pantai. Mencari ikan sambil
bercanda ada saja cerita yang mengundang tawa singgah di wajah kami. Ah andai
saja kemeran kami bisa berkumpul kembali tentu akan menjadi nostalgia yang
panajang nan indah.
Tapi
tidak mengapa setidaknya kecewa saya sedikit terobati dengan bertemu Kak Murni.
Senior yang hampir tiga tahun lamanya hidup satu atap dengan saya. Yang saat
ini menetap di Bengkalis. Dan kebetulan sekali ketika saya ke sana suaminya harus
ke Rupat. Jadilah Kak Murni yang menemani saya tiga hari lamanya untuk
berkeliling Bengkalis. Dengan membawa Mio tapi jalannya seperti bebek karena
yang jadi kemudi adalah saya. Sampai-sampai Kak Murni bilang butuh bawa kipas
kalau boncengan dengan saya hehehe.
Walaupun
seperti bebek tetap saja bisa bertemu pantai. Dan saya ingin sekali berteriak. Tapi
karena malu, saya hanya menyimpan suara dalam hati. Dengan sepasang mata yang
tak ingin lepas menatap laut luas. Bersama sejuta rasa yang bergemuruh di
hatiku seperti deru ombak yang menjilati bibir pantai. Indah sekali ternyata
tak ada yang berubah saya masih jatuh cinta pada pantai yang bagi saya adalah
kenangan. Ombak adalah rindu dan laut adalah telinga.
Selain
pantai ada hal lain yang membuat saya takjub. Pertemuan dengan kader tarbiyah yang ukuwahnya terasa banget. Apalagi
jika berkumpul dengan umahat keinginan menikah saya kembali berhamburan hehehe.
Sepertinya indah sekali rumah tangga dakwah yang tujuannya tak hanya dunia
semata. Ternyata kota saya sudah banyak sekali berubah. Gedung-gedung yang
mulai menjulang. Jalan-jalan yang tak lagi
bertanah merah.Rumah-rumah yang semakin rapat dengan ciri rumah panggung
namun lebih rendah dari rumah panggung. Lebih menyerupai bentuk rumah semen. Dan
juga pantai dan tarbiyah yang membuat saya ingin kembali ke Bengkalis mungkin
saja jadi penduduk tetap seperti dulu.
2 komentar:
cie..cie yg pulkam....
kesana naik roro nggak kak??
cie..cie.. ka ema kebelet nikah...
cepet2 kak.. jangan sampe Risa duluan.. wkwkwk
hahaha tak sampai kebelet sah duluan aja
Ya naik roro pulangnya, perginya naik terubuk
Posting Komentar