Senin, 26 September 2011

Ibuku Wanita Luar Biasa




Luar biasa hanya kata-kata itu yang pantas kuucapkan untuk wanita yang berstatus Ibu kandungku. Seinci demi seinci kuperhatikan tubuh milik Ibu yang semakin hari semakin kurus dengan kelopak bawah matanya yang menghitam tanda jarang tidur. Wajahnya yang mulai keriput dimakan usianya yang telah memasuki lima puluh tahun. Dan urat-urat tangan yang bertonjolan yang selalu ia gunakan untuk mengayunkan cangkul menggarap beberapa petak sawah peninggalan Nenek di bawah terik matahari yang membakar kulit. Semenjak empat tahun yang lalu setelah Ayah meninggal Ibu harus bekerja keras mengerjakan sawah dan juga berjualan sayur-sayuran di pasar untuk memenuhi kebutuhan kami dan juga untuk biaya sekolah aku dan adikku. Tak pernah kulihat raut lelah di wajahnya walaupun nayris setiap waktu Ibu gunakan untuk bekerja, mulai dari terbangun matahari sampai matahari terlelap kembali Ibu tidak pernah berhenti. Dari cerita yang pernah kudengar dari saudara-saudara Ibu, Ibu bekerja keras bukan hanya setelah Ayah meninggal, tapi sejak kecil Ibu sudah terbiasa bekerja keras. Dulu saat teman-teman seusia Ibu sibuk memetik ilmu di bangku Sekolah, sedangkan Ibu sibuk pula mengembala kerbau dan membantu Nenek dan Kakek di sawah. Pernah kutanya kenapa dulu Ibu tidak ingin Sekolah.
“Nak, jika dulu Ibu sekolah tentu hari ini saudara-saudara Ibu tidak ada yang berstatus PNS.” Jawab Ibu dengan sorot mata keikhlasan yang membuat rasa kagum berdecak dalam jiwaku.
Ibu adalah anak ketiga dari Sembilan bersaudara dan diantara saudara-saudara Ibu hanya Ibu sendirilah yang tidak berstatus PNS karena dulunya Ibu memilih berhenti sekolah saat masih menduduki bangku SD. Kemudian memutuskan untuk membantu perekonomian keluarga Ibu yang memang termasuk sulit saat itu. Ibu Mengorbankan masa depannya hanya untuk melihat senyum bahagia teukir di wajah Adik-adik dan Kakaknya dengan menjadi orang-orang yang berhasil di hari esok. Pengorbanan yang telah dilakukan Ibu membuahkan hasil semua saudara Ibu menjadi orang-orang sukses yang rata-rata memiliki perekonomian lebih. Dan pengorbanan itu juga tak diabaikan begitu saja. Saudara-saudara Ibu tidak pernah melupakan pengorbanan yang telah dilakukan Ibu. Walaupun kami hidup sangat sederhana, tapi kami tidak pernah merasa kekurangan. Ini semua adalah berkat dari bantuan keluarga Ibu .Mulai dari membantu kebutuhan hidup kami sampai biaya sekolah. Hingga hari ini aku dan adikku bisa mencicipi pendidikan sampai di bangku perkuliahan dengan fasilitas yang membuat kami tidak pernah merasa kekurangan. Dan tak pernah juga kulihat sorot sesal yang terpancar di bola mata Ibu atas keputusan yang telah ia pilih beberapa tahun yang lalu, melainkan aku selalu melihat senyum tulus yang merona di wajah Ibu yang tirus. Sungguh beruntungnya aku lahir dari rahim wanita seperti Ibu dengan milyaran pengorbanan yang jika dibayar dengan sehelai napaspun tak akan cukup. Dan betapa salut dan bangganya aku mempunyai Ibu yang luar biasa yang memiliki keindahan hati yang tak akan pernah kutemui di hati wanita lain. Siapapun itu.

Tidak ada komentar: