Setiap
akhwat pasti menginginkan pendamping hidup seorang ikhwan tentunya sang ikhwan tak hanya sekedar sholeh, tapi
juga memiliki visi dan misi yang sama, membangun rumah tangga dakwah. Namun
ketika jodoh tak sejalan dengan harapan. Misalnya jodoh yang datang lelaki yang
berpenampilan ekslusif, berwajah tampan, dan memiliki janji masa depan yang
lebih baik. Haruskah ditolak?
“Cari suami itu yang paling penting
dompetnya tebal.”
“Fisik itu juga penting, apa kau
nggak malu bergandengan dengan lelaki yang wajahnya tak bisa diandalkan?” Saya
hanya menyimak pembicaraan diantara sepupu saya dengan senyum yang tersimpul.
Bukan menyetujui apa yang mereka katakan
karena saya tahu pasti ukuran kebahagiaan itu bukan di materi ataupun fisik. Dan
bukan juga saya menyalahkan mereka karena dalam islam untuk memilih calon suami
fisik dan materi juga dianjurkan. Tapi tentu agamalah yang paling utama.
Makanya ketika saya ditawarkan
dengan lelaki yang berpenampilan wah namun sama sekali tak pernah terjamah
tarbiyah, saya butuh berfikir panjang. Bukan hanya alasan karena saya belum
siap nikah tapi lebih tepat alasan SANGGUP?
Sanggupkah saya menikah dengan
lelaki yang berpenampilan ekslusif? Yang janga-jangan esok meminta saya
memendekkan jilbab untuk mengikuti gayanya. Sanggupkah saya menyaksikannya
berpegangan dengan wanita-wanita lain? Sedangkan saya begitu amat menjaga.
Sanggupkah saya memberikan pemahaman tarbiyah kepadanya? Sedangkan saya masih
akhwat jadi-jadiaan. Dan jawabannya tentu saja SAYA TIDAK SANGGUP, mungkin saja
jawaban ini akan berbeda untuk beberapa tahun kedepannya.
Lantas bagaimana dengan ikhwan?
Benarkah sosok yang satu ini mampu menjadi imam yang baik?
“Ikhwan dan lelaki biasa itu memang
beda, kalau lelaki biasa terang-tarangan nah ikhwan komunikasi cair, gombal
lanjut, janji bertabur ,di balik wajah sok malaikatnya” Pernyataan ini tak
hanya saya dengar tapi saya saksikan sendiri meski tak semua ikhwan yang
seperti ini. Tapi tetap saja kan meninggalkan pemahaman yang berbeda.
Kalau sudah seperti ini lelaki yang
seperti apa yang di inginkan? Ya tentunya masih lelaki yang sholeh, sevisi dan
semisi. Nah untuk mendapatkan lelaki
yang seperti itu harus manjadi solehah
dulu karena lelaki yang sholeh pasti akan diperuntukkan buat perempuan yang
sholehah pula. Dan jika esok masih tak sejalan yakinlah adalah berlipat ganda
pahala yang menanti.
Jadi kesimpulannya saya serahkan
kepada pembaca yang bersedia membaca tulisan sederhana saya ini
3 komentar:
wah ceritanya kak ema abis di lamar? apa di jodohin??
kasih tahu nggak ya??
hehe
ketika sang adam datang tapi tidak sesuai dengan harapan masih ada yang menunggu dengan doa-doa dan sholat malam untuk merubah semua itu, insayallah.
Maaf kalau saya sok tahu mbak hasanah :)
salam persahabatan
Posting Komentar