Sabtu, 04 Agustus 2012

Ketika Cinta Menemukan Luka (Ulasan Istana Ke-dua)

“Jika cinta bisa membuat  perempuan setia dengan satu lelaki, kenapa cinta tak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan.”
            Sebaris kalimat yang saya temui dalam petikan novel dengan judul “Istana Ke-dua” karya Asma nadia yang mampu mengaduk-aduk perasaan saya.
            Bercerita tentang Arini perempuan yang mengibaratkan hidupnya seperti sebuah dongeng yang selalu berakhir dengan happy ending. Hingga kehadiran  Pras datang melamarnya, tentu saja Arini tak memiliki untuk menolak Pras yang dikenal sebagai lelaki baik, aktivis kampus yang tak pernah mengenal sekalipun pacaran dalam hidupnya. Pernikahan Pras dan Arini menjadikan hidup Arini seperti putri-putri di dalam dongeng atas sikap Pras yang lembut, romantis ,dan penyayang. Namun di tahun-tahun ketika tiga malaikat kecil sebagai penyumpurnaan kebahagian mereka. Cinta yang dibangun bertahun-tahun lamanya menemukan luka atas pengkhianatan Pras yang jatuh cinta kepada Mai Ros. Perempuan yang sama sekali tak percaya dengan kisah-kisah dalam dongeng karena kisah hidup yang begitu tragis.
            Mai Rose, perempuan keturunan cina yang sejak kecil mengalami penyiksaan oleh tantenya sendiri, dikucilkan dalam pergaulan hingga ia dewasa penderitaan Mai tak kunjung berakhir atas janin yang tumbuh dalam rahimnya tanpa pernah ia inginkan membuat ia ingin mengakhiri hidupnya. Namun pertemuan dengan Pras merubah semuanya. Sikap Pras yang begitu peduli membuat ia  tetap bertahan hidup. Yang kemudian keinginan untuk memiliki Pras menjadi nyata. Pras bersedia menjadi Ayah dari bayi yang mai lahirkan tanpa peduli dengan luka yang telah ia tanam bukan saja untuk Arini tapi juga tiga malaikat kecil yang ia miliki.
Membaca novel ini tak hanya mengaduk perasaan. Tapi juga menyita pikiran dan rasa geram yang menimbulkan tanya. Kenapa Pras begitu lemah? Kenapa Pras tidak bisa tegas atas permintaan Mai bukankah dia sudah memiliki Arini perempuan yang memiliki segalanya cantik, cerdas, berprestasi, dan sholehah. Dan bukankah Pras juga bisa merasakan kesedihan Ibunya yang dulu pernah dimadu. Lantas kenapa? Dan Jawabannya hanya satu “Karena Pras jatuh cinta kembali”
            Membaca Novel ini membuat saya berpikir apa semua lelaki memang seperti Pras. Yang begitu mudah jatuh cinta dengan wanita lain. Ah, andai saja lelaki bisa memiliki perasaan perempuan beberapa jam saja saat cinta suaminya mulai terbagi dengan wanita lain. Masih inginkah mereka memiliki dua hati. Entahlah.
             Tulisan ini saya tulis dengan semangat 45 bukan berari saya menolak adanya poligami. apalagi menentang. saya amat paham poligami itu dibolehkan, tapi poligami seperti apa dulu. Tentunya dengan alasan-alasan yang bisa diterima. Bukan seperti yang dilakukan Pras. Membaca buku ini juga membuat saya  kembali berfikir ulang  untuk menikah cepat.
            Semoga saja esok lelaki yang dipilihkan Allah untuk saya bukan hanya soleh tapi juga “SETIA”  seperti setianya raja hwan terhadap ratu yoen hwo, cukup satu sampai ke syurga^_^


Tidak ada komentar: