“Jika
cinta bisa membuat perempuan setia
dengan satu lelaki, kenapa cinta tak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu
perempuan.”
Sebaris kalimat yang saya temui
dalam petikan novel dengan judul “Istana Ke-dua” karya Asma nadia yang mampu
mengaduk-aduk perasaan saya.
Bercerita tentang Arini perempuan
yang mengibaratkan hidupnya seperti sebuah dongeng yang selalu berakhir dengan
happy ending. Hingga kehadiran Pras
datang melamarnya, tentu saja Arini tak memiliki untuk menolak Pras yang
dikenal sebagai lelaki baik, aktivis kampus yang tak pernah mengenal sekalipun
pacaran dalam hidupnya. Pernikahan Pras dan Arini menjadikan hidup Arini
seperti putri-putri di dalam dongeng atas sikap Pras yang lembut, romantis ,dan
penyayang. Namun di tahun-tahun ketika tiga malaikat kecil sebagai
penyumpurnaan kebahagian mereka. Cinta yang dibangun bertahun-tahun lamanya
menemukan luka atas pengkhianatan Pras yang jatuh cinta kepada Mai Ros.
Perempuan yang sama sekali tak percaya dengan kisah-kisah dalam dongeng karena
kisah hidup yang begitu tragis.
Mai Rose, perempuan keturunan cina
yang sejak kecil mengalami penyiksaan oleh tantenya sendiri, dikucilkan dalam
pergaulan hingga ia dewasa penderitaan Mai tak kunjung berakhir atas janin yang
tumbuh dalam rahimnya tanpa pernah ia inginkan membuat ia ingin mengakhiri
hidupnya. Namun pertemuan dengan Pras merubah semuanya. Sikap Pras yang begitu
peduli membuat ia tetap bertahan hidup.
Yang kemudian keinginan untuk memiliki Pras menjadi nyata. Pras bersedia
menjadi Ayah dari bayi yang mai lahirkan tanpa peduli dengan luka yang telah ia
tanam bukan saja untuk Arini tapi juga tiga malaikat kecil yang ia miliki.
Membaca
novel ini tak hanya mengaduk perasaan. Tapi juga menyita pikiran dan rasa geram
yang menimbulkan tanya. Kenapa Pras begitu lemah? Kenapa Pras tidak bisa tegas
atas permintaan Mai bukankah dia sudah memiliki Arini perempuan yang memiliki
segalanya cantik, cerdas, berprestasi, dan sholehah. Dan bukankah Pras juga
bisa merasakan kesedihan Ibunya yang dulu pernah dimadu. Lantas kenapa? Dan
Jawabannya hanya satu “Karena Pras jatuh cinta kembali”
Membaca Novel ini membuat saya
berpikir apa semua lelaki memang seperti Pras. Yang begitu mudah jatuh cinta
dengan wanita lain. Ah, andai saja lelaki bisa memiliki perasaan perempuan
beberapa jam saja saat cinta suaminya mulai terbagi dengan wanita lain. Masih
inginkah mereka memiliki dua hati. Entahlah.
Tulisan ini saya tulis dengan semangat 45
bukan berari saya menolak adanya poligami. apalagi menentang. saya amat paham poligami itu dibolehkan, tapi poligami seperti apa dulu.
Tentunya dengan alasan-alasan yang bisa diterima. Bukan seperti yang
dilakukan Pras. Membaca buku ini juga membuat saya kembali berfikir ulang untuk menikah cepat.
Semoga saja esok lelaki yang
dipilihkan Allah untuk saya bukan hanya soleh tapi juga “SETIA” seperti setianya raja hwan terhadap ratu yoen
hwo, cukup satu sampai ke syurga^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar