Sabtu, 24 Desember 2011

Kepadamu Peri Berhati Embun


Pekanbaru,12 Desember 2011
Kepadamu Peri Berhati Embun
Di kota Serambi Mekah
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam rindu kutitipakan dalam bait untaian kata sederhana pada secarik kertas ini
Kutulis surat ini dengan segenap rasa sayang, dengan segenap rasa cinta, dengan segenap rasa bangga, dengan segenap rasa kagum yang bergemuruh dan dengan segenap rasa yang tak mampu kuluahkan
Sejujurnya bibirku kelu, jemariku kaku entah dari mana harus kumulai merangkai  rasa yang menumpuk di hatiku. Mungkin rasa kaku itu dikarnakan kefrustasiaanku karena sampai hari ini aku belum bisa menjadi sosok yang berarti untukmu, belum ada yang dapat kau banggakan dariku.
Ibu….
Lewat sepucuk surat ini kukiramkan seuntai maaf untukmu atas segala kesalahan yang telah kuperbuat. Membantah perkataanmu, tidak menghiraukan nasehatmu, bahkan meniggikan suaraku padamu dan itu kulakukan bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali hingga luka itu singgah dihatimu. Tapi masih saja kutemui binar cinta dari kedua bola matamu. Kadang ingin rasanya aku masuk kedalam hatimu melihat seberapa besar kesabaranmu dan sedalam apakah lautan kemaafan yang kau miliki.
Ibu…
Aku tahu kau menyimpan  luka dalam tegarmu. Aku tahu kau lelah saat harus menjadi Ibu sekaligus menjadi Ayah untukku. Aku tahu engkau letih ketika harus berhujankan keringat dibawah terik mentari hanya untuk melihat sesungging tawa diwajahku. Tapi selalu kau sembunyikan di balik senyummu. Andai saja Ibu aku bisa merenggut lelahmu,menyandarkan letihmu dan menaruh seikat senyum di sudut hatimu. Andai saja aku bisa menggantikan lukamu dengan keceriaanku. Tapi ibu saat ini aku belum bisa melakukan apa-apa untukmu.
Ibu…
Kini aku mulai beranjak dewasa. Aku mulai menemui perih, luka, air mata, sakit, terjatuh,kecewa dan apapun yang kutemui aku tidak akan berhenti  untuk terus melangkah karena aku ingin mencontoh kesabaranmu. Aku ingin mencontoh ketegaranmu. Aku ingin mencontoh keteguhanmu. Aku ingin sepertimu bahkan lebih baik darimu.
Ibu…
Kutulis sepucuk surat ini dengan rasa syukur yang tak terhingga atas kehadiran peri berhati embun sepertimu. Bagiku kau adalah kuntum hariku yang menebarkan asa merangkai seribu mimpi saat kalut menyimpul rapuh. Kau adalah kuntum hari begitu sejuk teteskan embun disekeping jiwa hampa. Kau adalah kuntum hari mekarkan tabah sunggingkan semangat saat mendung memayungi hati. Kau adalah kuntum hariku yang terus mewangi di reranting cerita hidupku.
Ibu…
Entah kata-kata apa lagi yang harus aku ungkapkan  kepadamu. Terima kasih telah melahirkanku. Terima kasih telah menjagaku. Terima kasih telah mebesarkanku. Terima kasih telah melukis pelangi ketika gerimis mengguyur jiwaku. Terima kasih telah kau petikkan bintang untukku ketika aku merasa gelap. Terima kasih telah mengajarkanku makna hidup ini. Terima kasih atas segala jasa-jasa yang tak akan pernah mampu untuku balas walaupun selembar napas kuhadiahkan untukmu
Ibu…
Di akhir surat ini kubingkiskan seuntai doa sebagai hadiah untukmu,
Ya Allah padaMu kupinta jagalah ibu dimanapun ia berada. Jika ia terluka maka balutlah lukanya dengan kasih sayangMu. Jika ia bersedih maka gantikanlah kesedihannya dengan kebahagiaan. Sentiasa berikan ia yang terbaik untuknya.kuatkan langkahnya. Dan siapkan istana terindah untuknya di syurgaMu nanti. Sesungguhnya Engkau maha mengetahui sagala rasa dan asa yang mengkristal di hatiku.
Ibu…
Inilah sebentuk rasa cinta dan sayangku padamu yang menjelma dalam rangkaian surat sederhana ini. Berharap sebaris senyum tersungging di wajahmu yang mulai keriput. Dan surat sedarhana ku ini tentu tidak akan sebanding dengan jasa dan pengorbanan yang telah kau lakukan untukku. Maafkan segala kesalahanku selama ini. semoga Allah sentiasa menyayangimu.Selamat hari Ibu aku menyayangimu kemaren, hari ini, esok, dan selamanya.


Wassalam
Ematul Hasanah
Gadis Kecilmu yang mulai dewasa

Naskah ini menjadi naskah terbaik dalam lomba Menulis surat cinta untuk Bunda Tingkat Nasional yang ditaja oleh DIA ALKAHFI UNAND



Tidak ada komentar: