Pekanbaru,12
Desember 2011
Kepadamu Peri Berhati Embun
Di kota Serambi Mekah
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Salam rindu kutitipakan dalam bait untaian kata sederhana
pada secarik kertas ini
Kutulis surat ini dengan segenap rasa sayang, dengan
segenap rasa cinta, dengan segenap rasa bangga, dengan segenap rasa kagum yang bergemuruh
dan dengan segenap rasa yang tak mampu kuluahkan
Sejujurnya
bibirku kelu, jemariku kaku entah dari mana harus kumulai merangkai rasa yang menumpuk di hatiku. Mungkin rasa
kaku itu dikarnakan kefrustasiaanku karena sampai hari ini aku belum bisa
menjadi sosok yang berarti untukmu, belum ada yang dapat kau banggakan dariku.
Ibu….
Lewat
sepucuk surat ini kukiramkan seuntai
maaf untukmu atas segala kesalahan yang telah kuperbuat. Membantah perkataanmu,
tidak menghiraukan nasehatmu, bahkan meniggikan suaraku padamu dan itu
kulakukan bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali hingga luka itu singgah dihatimu.
Tapi masih saja kutemui binar cinta dari kedua bola matamu. Kadang ingin
rasanya aku masuk kedalam hatimu melihat seberapa besar kesabaranmu dan sedalam
apakah lautan kemaafan yang kau miliki.
Ibu…
Aku
tahu kau menyimpan luka
dalam tegarmu. Aku
tahu kau lelah saat harus menjadi Ibu sekaligus menjadi Ayah untukku. Aku tahu
engkau letih ketika harus berhujankan keringat dibawah terik mentari hanya
untuk melihat sesungging tawa diwajahku. Tapi
selalu kau sembunyikan di balik senyummu. Andai saja Ibu aku bisa merenggut
lelahmu,menyandarkan letihmu dan
menaruh seikat senyum di sudut hatimu. Andai saja aku bisa menggantikan lukamu
dengan keceriaanku. Tapi ibu saat ini aku belum bisa melakukan apa-apa untukmu.
Ibu…
Kini
aku mulai beranjak dewasa. Aku mulai menemui perih, luka, air mata, sakit,
terjatuh,kecewa dan apapun yang kutemui aku tidak akan berhenti untuk terus
melangkah karena aku ingin mencontoh kesabaranmu.
Aku ingin mencontoh ketegaranmu. Aku ingin mencontoh keteguhanmu. Aku ingin
sepertimu bahkan lebih baik darimu.
Ibu…
Kutulis
sepucuk surat ini dengan rasa syukur yang tak terhingga atas kehadiran peri berhati embun sepertimu. Bagiku kau
adalah kuntum hariku yang
menebarkan asa merangkai seribu
mimpi saat kalut menyimpul rapuh. Kau adalah kuntum hari begitu sejuk teteskan
embun disekeping jiwa hampa. Kau adalah kuntum hari mekarkan tabah sunggingkan
semangat saat mendung memayungi hati. Kau adalah kuntum hariku yang terus mewangi di
reranting cerita hidupku.
Ibu…
Entah
kata-kata apa lagi yang harus aku
ungkapkan kepadamu. Terima kasih telah
melahirkanku. Terima kasih telah menjagaku. Terima kasih telah mebesarkanku.
Terima kasih telah melukis
pelangi ketika gerimis mengguyur jiwaku. Terima kasih telah kau petikkan
bintang untukku ketika aku merasa gelap. Terima kasih telah mengajarkanku makna
hidup ini. Terima kasih atas segala
jasa-jasa yang tak akan pernah mampu untuku balas walaupun selembar napas
kuhadiahkan untukmu
Ibu…
Di
akhir surat ini kubingkiskan seuntai doa sebagai hadiah untukmu,
Ya
Allah padaMu kupinta jagalah ibu dimanapun ia berada. Jika ia terluka maka
balutlah lukanya dengan kasih sayangMu. Jika ia bersedih maka gantikanlah
kesedihannya dengan kebahagiaan. Sentiasa berikan ia yang terbaik
untuknya.kuatkan langkahnya. Dan siapkan istana terindah untuknya di syurgaMu
nanti. Sesungguhnya Engkau maha mengetahui sagala rasa dan asa yang mengkristal
di hatiku.
Ibu…
Inilah
sebentuk rasa cinta dan sayangku padamu yang menjelma dalam rangkaian surat
sederhana ini. Berharap sebaris senyum
tersungging di wajahmu yang mulai keriput.
Dan surat sedarhana ku ini
tentu tidak akan sebanding dengan jasa dan pengorbanan yang telah kau lakukan
untukku. Maafkan segala kesalahanku selama ini. semoga Allah sentiasa
menyayangimu.Selamat hari Ibu aku menyayangimu
kemaren, hari ini, esok, dan selamanya.
Wassalam
Ematul Hasanah
Gadis Kecilmu yang mulai dewasa
Naskah ini menjadi naskah terbaik dalam lomba Menulis surat cinta untuk Bunda Tingkat Nasional yang ditaja oleh DIA ALKAHFI UNAND
Tidak ada komentar:
Posting Komentar