Rabu, 13 Maret 2013

Dunia Pelangi




            Sebenarnya saya bukanlah tipe perempuan keibu’an. Walaupun setiap kali pertemuan pertama banyak yang mengatakan “ Ayu benget cah iki.” Yang membuat saya tersenyum sendiri. Andai seminggu saja mereka menempati atap yang sama dengan saya, masihkah saya akan menerima kalimat yang senada?. Entahlah, tapi bukan berarti pula saya tipe perempuan yang memiliki watak preman. Saya lebih cendrung cuek, tanpa expresi kata seseorang. Termasuk cuek kepada anak-anak. Tapi itu dulu, jauh saya belum memasuki dunia KKN. Ya KKN yang menemukan saya pada sisi lain dalam jiwa saya. Keibuan, mungkin bisa dikatakan begitu mungkin juga tidak. Sebab dari sikap saya yang terlalu polos menghadapi anak-anak tentu saja tak bisa dikatakan keibua’an. Saya akan tertawa jika menurut saya lucu. Dan saya akan marah jika menurut saya itu menyebalkan. Bahkan tak ada satu pun dari nama mereka yang ganti dengan panggilan paling manis (baca:Sayang) karena bagi saya itu rumit. Tapi anehnya malah saya yang menjadi kakak paling favorit hehehe.

            Saya masih ingat, hari itu saya kehabisan stok belanja harian semantara sisa uang yang saya miliki terlalu minim.  Namun siapa menyangka, peri-peri kecil itu menemui saya dengan membawa barang-barang yang saya butuhkan.
            “Kak, kami belikan ini untuk kakak.” Ujar seorang gadis yang usianya belum genap Sembilan tahun.
            “Kalian dapat uang dari mana?” Tanya saya dengan air mata haru yang hampir tumpah.
            “Uang kami sendiri, kami nabung untuk belikan kakak hadiah.” Dan saya tak bisa menahan air mata  untuk tidak menangis.
            Hari itu satu yang saya pahami, ketulusan. Jatuh cinta mungkin begitulah yang bisa saya simpulkan. Yang kemudian saya putuskan sebagai dunia pekerjaan.
            “Kenapa tidak di Perusahaan aja Ma, kalau di TK gajinya sedikit.” Protes salah seorang teman saya ketika saya ceritakan tentang pengunduran diri saya di Perusahaan sebelum memulai hari kerja.
            Alasannya sederhana saja, kerena dunia anak-anak adalah pelangi yang selalu memiliki cara untuk saya tetap tertawa dengan berbagai warna yang memberi saya pemahaman tentang ketulusan, kejujuran, dan juga kasih sayang dari setiap cerita yang mengalir dari bibir mereka.
            “Yang paling penting dari sebuah pekerjaan adalah kenyamanan.” Begitu yang dikatakan senior saya yang membuat saya bertambah yakin bahwa pilihan saya tak keliru. Walaupun di satu sisi saya harus tetap bertahan hidup dengan biaya sendiri. Saya yakin sesuatu yang dijalankan dengan hati akan terasa lebih ringan. Dan setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Bukankah menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang paling mulia. Walaupun tak sejahtra di dunia insyaAllah sejahtra di akhirat.

Tidak ada komentar: