Minggu, 17 Maret 2013

Cinta Itu Tak Bernama Luka


            Hujan kembali membuat kota kecil kita menjadi  basah Sha. Kuharap kau baik-baik saja seperti doa yang kutitipkan pada rintik. Sebab aku tahu hujan kali ini  juga ikut  membuat hatimu basah.
            “Dia akan menikah ” Ujarmu dengan suara yang nyaris tak terdengar, namun aku bisa merasakan getaran isak yang coba kau tahan. Saat kenangan dengannya kembali tumbuh di matamu. Lelaki yang hampir tiga tahun lamanya melengkung indah di hatimu.
            Tentu saja ini menyakitkan untukmu Sha. Dia yang kau muarakan segala harap ternyata diam-diam mencari hati lain untuk disinggahi.
            “Bagaimana lagi kita bukan jodoh.” Sederet alasan terakhir darinya tanpa sedikit pun peka dengan hatimu.  Andai saja aku yang berada di posisimu tentu sudah kutemui dia dengan membawa palu raksasa, opss.  Tidak adakah cara yang lebih baik lagi untuk mengakhiri segalanya. Seperti caranya pernah membuat wajahmu bersemu merah. Tentu  luka tak akan begitu sakit, bukan hanya di hatimu  tapi juga di hati orang tuamu yang sudah teramat paham dengan hubungan kalian. Entahlah, benarkah hati hanya  sebagai mainan saja atau cinta  memang harus serumit ini?

Kau tahu Sha, dulu aku heran sekaligus menjadi takut. Kenapa harus aku yang menjadi telinga untuk menampung puluhan mungkin saja ratusan cerita senada  yang membuat aku ikut larut dalam aliran luka . Namun waktu membuatku paham  dan tak lagi bertanya kenapa? Sebab  sepasang telinga yang kupinjamkan untukmu dan juga mereka adalah cara Tuhan mengajarkanku untuk tidak meletakkan sembarangan hati. Selain teruntuk “dia” lelaki  yang akan membuatku merasa mulia dan terhormat dalam perjanjian cinta suci yang menggetarkan gunung-gunung, mitsaqan ghalizaan. Tentu saja cinta seperti ini tak akan mengenal  luka.
            Sederhana saja bukan Sha? Sama seperti cinta yang mulai kau pahami.
         “ Mungkin dia terlalu baik untukku, ajari aku mencintai Allah saja Ma!” Dan  bibirku menjadi  kelu  hanya perasaan haru yang meletup-letup di sudut mataku. Hari itu kau sungguh cantik sekali dengan gamis coklat, jilbab lebar, lengkap dengan kaus kaki dan manset mungilmu. Kau benar Sha dia terlalu baik untukmu dan kau lebih pantas mendapatkan yang jauh lebih baik lagi, lagi dan lagi.
            Sha, maret ini bunga-bunga akan tetap bermekaran
             Pohon-pohon akan tetap rimbun dengan daun-daun yang semakin hijau
            Lihat Sha! Peri-peri kecil itu masih selalu punya cara untuk menghadiahkan kita sebuah tawa
            Tentu saja ini cinta Sha yang tak di namai luka
Kisah Nyata Yang Sedikit di Renovasi
           

Tidak ada komentar: