Sempat aku membencinya tanpa alasan yang jelas kenapa dia
tidak menyukaiku saja. Tapi rasa benci itu tak sampai berakar karena ketika naik
kelas 2 aku tidak lagi sekelas dengannya. Semenjak itu aku bertekad untuk
melupakannya. Dan tekad itu akhirnya terwujud aku tak lagi mengingatnya, rasa
itu pun memudar karena aku tidak lagi menemukan wajahnya setiap hari.
Melewati hari-hari di kelas 2 tak ada yang istimewa
seperti di kelas 1 mungkin karena di kelasku kali ini tidak ada lelaki yang
menjadi impian. Tapi ketika naik kelas 3 puberku sebagai abg kambuh lagi. Ini berawal tanpa sengaja, saat
aku dan beberapa temanku sekedar iseng memilih urutan-urutan lelaki tertampan
di kelas kami. Aku pun mulai memperhatikan satu per satu wajah-wajah yang lulus
seleksi hingga kutemukan lelaki impian itu kembali. Dia tidak terlalu pintar lebih cendrung
pendiam dan pemalu, tapi memiliki wajah yang bisa dikatakan di atas rata-rata
dengan tinggi hampir 170 CM, berhidung mancung, kulit sawo matang, alis mata
yang tebal teratur, dan memiliki senyum maut yang mampu meluluh lantakkan hati
wanita. Entah kenapa aku baru menyadarinya disaat penghujung aku menggunakan
seragam putih dongker padahal dari kelas 2 kami sudah satu kelas. Awalnya
sekedar kagum-kagum biasa saja dan ternyata dia juga mulai bertanya tentangku
walaupun hanya lewat teman-teman dekatku mulai dari tanggal lahirku, no hp,
makanan kesukaan, dll. Yang membuatku mulai berharap lebih kepadanya, namun dia
juga tak pernah mengatakan dia menyukaiku jadinya seperti lagu armada mau di bawa kemana hubungan kita?
Mungkin kerena dia adalah lelaki pemalu.
Hingga di detik-detik
ujian akhir sekolah ia tetap diam dan lelaki yang pernah kukenal di kelas
1 hadir kembali. Kami dipertemukan dalam ruangan ujian yang sama, bukan hanya
ruangan yang sama, tapi dia duduk di depannnya. Dia berbeda dengan yang pernah
kukenal ketika masih kelas satu dulu. Pertemuan kali ini dia yang mulai mendekatiku
tidak seperti kelas 1 dia bersikap cuek,
Mungkin juga kerana saat itu aku sedang naik daun kerana terpilih sebagai model
utusan sekolah dalam lomba fashion show. Padahal ketika mengikuti lomba itu
kakiku keseleo kerena tak biasa menggunakan high heels,tapi yang tahu tentang
kejadian memalukan itu hanya orang-orang tertentu saja. Dan aku tak lagi menjaga image di depannya kerana
aku tidak menyukainya lagi. banyak hal-hal yang memalukan yang kulakukan di
depannya mulai dari dia bertanya kenapa aku membawa tas yang berat saat ujian
sampai ia tahu aku melihat contekan waktu ujian itupun jawaban yang kucontet
salah. Dengan baik hati ia memperliahtkan jawabannya untukku. Dari situ sudah
jelas-jelas aku tidak cocok dengannya karena tak memiliki IQ yang selevel
dengannya, tapi ia masih saja ingin mendekatiku.
Dengan sikapnya
yang gantleman akhirnya CLBK(Cinta lama bersemi kembali) hadir. Tapi aku tak
pernah mengatakan aku menyukainya kerana di lain rasa aku juga masih menyukai
lelaki pemalu yang masih saja tetap malu. Aneh kan dalam waktu bersamaan
menyukai dua lelaki sekaligus. Namun diantara lelaki yang berwajah tampan itu
tak pernah ada yang terpilih ataupun sampai pacaran. Bahkan ketika aku tahu
lelaki yang kukenal di kelas 1 itu menyukaiku
malah aku yang menghindar darinya. Tidak pernah ingin jika diajak
berbicara berdua ataupun selalu menolak jika ia menawarkanku untuk pulang
bersama dengan sepeda motornya. Sedangkan lelaki yang kedua jangankan ingin
bicara berdua denganku melihatku dari jauh saja dia langsung balik kanan begitu
pun aku. Hingga masa-masa putih dongkerku berakhir.
Ketika mulai
memasuki dunia putih abu-abu aku tidak ada di pertemukan dengan salah satu
diantara mereka. Kami berbeda sekolah. Hingga perlahan-lahan rasa itu lenyap seiring
berjalannya waktu. Dan aku mulai jeda memikirkan tentang lelaki impian kerena
bersekolah di SMA islam yang memisahkan lelaki dan perempuan. Namun lagi-lagi
ketika naik di kelas 3 lelaki impian itu hadir kembali tapi, yang hadir kali
ini bukanlah lelaki yang pernah kukenal di zaman SMP. Lelaki ini berbeda
sekolah denganku. Aku diperkenalkan oleh sahabatku yang pernah satu SMP
dengannya. Dari segi fisik dia juga tak kalah tampan dari dua orang lelaki yang
pernah kusukai dan beberapa minggu setelah perkenalan kami aku tahu ternyata
dia termasuk nominasi cowok keren di SMA nya walaupun tak menduduki peringkat
pertama .Bukan hanya dari segi fisik yang oke, tapi dari segi karekter dia
memang termasuk lelaki impian. Lelaki sederhana dalam memuji, sederhana dalam
bercanda ,cuek, namun sangat peduli
dengan masalah-masalahku dan sangat bijaksana. Walaupun usianya hanya berjarak
bebarapa bulan lebih tua dariku.
Aku mengenalnya ketika masalah bertubi-tubi menghadiahkan
luka untukku. Kemudian ia mengajariku menjadi terumbu dengan kata-kata
motivasinya yang membuatku tegar. Padahal saat itu aku dan dia hanya berstatus
sebagai sahabat itu pun kami berkomunikasi hanya lewat media maya. Hinga aku
mulai tersadar dia bagiku bukan hanya sebagai sahabat biasa, tapi sahabat luar
biasa yang mengundang jutaan bunga tumbuh di wajahku. Dan ternayata dia juga
mengagapku sahabat luar biasa yang pernah membuat aku shock, kenapa dia bisa
menggapku lebih padahal teman-temanku selalu mengejekku culun, maka jadilah aku
wanita paling bahagia saat itu. Namun aku dan dia masih tetap menjadi sahabat
seperti biasa dan kami juga tak pernah membuat janji untuk bertemu kembali di
masa depan. Tapi saat itu aku sangat berharap waktu akan mempertemukan kami
kembali di hari esok. Namun sayang waktu tak mendukungku. Hanya beberapa minggu
saja setelah aku tahu bahwa dia bukan hanya sahabat biasa. Dia kecelakaan dan
pada tanggal 5 Sepetember 2008 tepatnya hari
ke tiga Ramadhon dia meninggal setelah hampir dua bulan mengalami koma. Jiwaku
terguncang mendengarkan ia telah pergi bukan untuk jarak antara provinsi ke
provinsi, pulau ke pulau, samudra ke samudra, yang masih bisa kujangkau dan
bukan juga untuk satu hari, satu bulan, satu tahun, tapi pergi untuk
selama-lamanya. Hatiku perih teramat sakit mungkin inilah yang dikatakan patah
hati. Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan sampai setahun gerimis di ujung bola
mataku mengalir. Namun aku teringat dengan sebaris kalimat yang pernah ia
katakan kepadaku “Sesulit apapun hidup harus tetap dilanjutkan.”
Aku mulai memasuki
dunia perkulihan. Dunia baru yang menyembuhkan luka-luka yang pernah kurawat.
Aku mulai memahami tentang cinta bukanlah gerimis yang kusinggahi di ufuk
retina.
“Dik, dia yang Allah ambil adalah bukti cinta Allah
kepada adik, maka cintailah dia kerena Allah dengan demikian tidak akan ada
luka lagi.” Nasehat salah seorang senior yang mempernalkan aku dengan dunia
baruku. Dan sejak itu aku ingin belajar mencintainya karena Allah hingga hari
ini kurasakan luka itu telah mengering.
Di dunia perkulihaan hidupku mulai berubah 99 % mulai
dari segi berbusana yang lebih islami, berbicara yang kadang-kadang ngirit,
sampai tentang lelaki Impian. Jika dulu lelaki impianku itu harus yang berwajah
tampan berpenampilan keren ala selebritis. Semenjak kuliah mulai bertukar aliran
dengan lelaki berjenggot tipis, berjidad hitam dengan kaca mata, kalau bicara ke arab-arab gitu menggunakan
antum, anti, ukhti, akhi, dan pandangannya selalu menunduk sampai-sampai nabrak
tembok . Mungkin kerana lelaki yang kutemui di dunia perkulihan rata-rata
seperti itu.
Aku tak lagi
terlalu mendambakan lelaki berwajah tampan karena aku juga tidak terlalu cantik.
kalau untuk karekter lelaki impian, aku
tetap tidak berubah. Lelaki impianku tidak harus lelaki romantis yang memiliki
segudang kata-kata gombal karena itu akan membuatku merasa jenuh. Lelaki
impianku tidak harus lelaki yang pintar bermain gitar ataupun memiliki suara
merdu. Lelaki impianku itu tidak harus lelaki sempurna karena cinta bukanlah
mencari pasangan yang sempurna, tetapi menerima pasangan dengan sempurna. Lelaki
impianku cukup lelaki sederhana saja. Lelaki sederhana dalam memuji kalau
bahasa gaulnya nggak lebay. Lelaki sederhana dalam bercanda namun membuat
tawaku renyah. Lelaki sederhana yang cuek, tapi dalam diamnya sangat peduli,
setia, bijaksana dan lelaki sederhana yang mampu membuatku menjadi sempurna
dengan caranya yang sederhana. Lelaki
impianku itu tidak harus seorang penulis karena bukankah hidup itu untuk saling
melengkapi. Ia cukup mendukung dan memberiku jutaan inspirasi. Dan pastinya
lelaki impianku itu adalah lelaki sholeh yang mengajariku menjadi sholehah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar