Kamis, 26 Januari 2012

Lelaki Sederhana ^_^

     Dulu ketika masih menggunakan seragam putih dongker lelaki impianku adalah lelaki yang berwajah tampan dan berpenampilan keren maklum saja puber pertama jadi wajah adalah syarat utama. Dan aku sudah menemukan lelaki impianku ketika masih kelas 1 SMP. Lelaki itu adalah teman sekelasku, bukan hanya tampan, tapi juga pintar yang menjadi ketua kelasku saat itu. Semakin sempurnalah dia dimataku. Tapi aku hanya secara sembunyi-sembunyi menyukainya. Jangankan harus berbicara langsung dengannya, berpapasan tanpa sengaja saja keringat dinginku berguguran karena grogi. Berbulan-bulan aku menyembunyikan rasaku karena sepertinya dia juga tidak respon denganku malah dia mendekati teman sebangku ku. Hingga akhirnya aku tahu ternyata dia menyukai  teman sebangku ku bukan aku.

Sempat aku membencinya tanpa alasan yang jelas kenapa dia tidak menyukaiku saja. Tapi rasa benci itu tak sampai berakar karena ketika naik kelas 2 aku tidak lagi sekelas dengannya. Semenjak itu aku bertekad untuk melupakannya. Dan tekad itu akhirnya terwujud aku tak lagi mengingatnya, rasa itu pun memudar karena aku tidak lagi menemukan wajahnya setiap hari.
Melewati hari-hari di kelas 2 tak ada yang istimewa seperti di kelas 1 mungkin karena di kelasku kali ini tidak ada lelaki yang menjadi impian. Tapi ketika naik kelas 3 puberku sebagai abg  kambuh lagi. Ini berawal tanpa sengaja, saat aku dan beberapa temanku sekedar iseng memilih urutan-urutan lelaki tertampan di kelas kami. Aku pun mulai memperhatikan satu per satu wajah-wajah yang lulus seleksi hingga kutemukan lelaki impian itu kembali.  Dia tidak terlalu pintar lebih cendrung pendiam dan pemalu, tapi memiliki wajah yang bisa dikatakan di atas rata-rata dengan tinggi hampir 170 CM, berhidung mancung, kulit sawo matang, alis mata yang tebal teratur, dan memiliki senyum maut yang mampu meluluh lantakkan hati wanita. Entah kenapa aku baru menyadarinya disaat penghujung aku menggunakan seragam putih dongker padahal dari kelas 2 kami sudah satu kelas. Awalnya sekedar kagum-kagum biasa saja dan ternyata dia juga mulai bertanya tentangku walaupun hanya lewat teman-teman dekatku mulai dari tanggal lahirku, no hp, makanan kesukaan, dll. Yang membuatku mulai berharap lebih kepadanya, namun dia juga tak pernah mengatakan dia menyukaiku jadinya seperti lagu armada mau di bawa kemana hubungan kita? Mungkin kerena dia adalah lelaki pemalu.
Hingga di detik-detik  ujian akhir sekolah ia tetap diam dan lelaki yang pernah kukenal di kelas 1 hadir kembali. Kami dipertemukan dalam ruangan ujian yang sama, bukan hanya ruangan yang sama, tapi dia duduk di depannnya. Dia berbeda dengan yang pernah kukenal ketika masih kelas satu dulu. Pertemuan kali ini dia yang mulai mendekatiku tidak seperti kelas 1  dia bersikap cuek, Mungkin juga kerana saat itu aku sedang naik daun kerana terpilih sebagai model utusan sekolah dalam lomba fashion show. Padahal ketika mengikuti lomba itu kakiku keseleo kerena tak biasa menggunakan high heels,tapi yang tahu tentang kejadian memalukan itu hanya orang-orang tertentu saja. Dan  aku tak lagi menjaga image di depannya kerana aku tidak menyukainya lagi. banyak hal-hal yang memalukan yang kulakukan di depannya mulai dari dia bertanya kenapa aku membawa tas yang berat saat ujian sampai ia tahu aku melihat contekan waktu ujian itupun jawaban yang kucontet salah. Dengan baik hati ia memperliahtkan jawabannya untukku. Dari situ sudah jelas-jelas aku tidak cocok dengannya karena tak memiliki IQ yang selevel dengannya, tapi ia masih saja ingin mendekatiku.
 Dengan sikapnya yang gantleman akhirnya CLBK(Cinta lama bersemi kembali) hadir. Tapi aku tak pernah mengatakan aku menyukainya kerana di lain rasa aku juga masih menyukai lelaki pemalu yang masih saja tetap malu. Aneh kan dalam waktu bersamaan menyukai dua lelaki sekaligus. Namun diantara lelaki yang berwajah tampan itu tak pernah ada yang terpilih ataupun sampai pacaran. Bahkan ketika aku tahu lelaki yang kukenal di kelas 1 itu menyukaiku  malah aku yang menghindar darinya. Tidak pernah ingin jika diajak berbicara berdua ataupun selalu menolak jika ia menawarkanku untuk pulang bersama dengan sepeda motornya. Sedangkan lelaki yang kedua jangankan ingin bicara berdua denganku melihatku dari jauh saja dia langsung balik kanan begitu pun aku. Hingga masa-masa putih dongkerku berakhir.
 Ketika mulai memasuki dunia putih abu-abu aku tidak ada di pertemukan dengan salah satu diantara mereka. Kami berbeda sekolah. Hingga perlahan-lahan rasa itu lenyap seiring berjalannya waktu. Dan aku mulai jeda memikirkan tentang lelaki impian kerena bersekolah di SMA islam yang memisahkan lelaki dan perempuan. Namun lagi-lagi ketika naik di kelas 3 lelaki impian itu hadir kembali tapi, yang hadir kali ini bukanlah lelaki yang pernah kukenal di zaman SMP. Lelaki ini berbeda sekolah denganku. Aku diperkenalkan oleh sahabatku yang pernah satu SMP dengannya. Dari segi fisik dia juga tak kalah tampan dari dua orang lelaki yang pernah kusukai dan beberapa minggu setelah perkenalan kami aku tahu ternyata dia termasuk nominasi cowok keren di SMA nya walaupun tak menduduki peringkat pertama .Bukan hanya dari segi fisik yang oke, tapi dari segi karekter dia memang termasuk lelaki impian. Lelaki sederhana dalam memuji, sederhana dalam bercanda ,cuek,  namun sangat peduli dengan masalah-masalahku dan sangat bijaksana. Walaupun usianya hanya berjarak bebarapa bulan lebih tua dariku.
Aku mengenalnya ketika masalah bertubi-tubi menghadiahkan luka untukku. Kemudian ia mengajariku menjadi terumbu dengan kata-kata motivasinya yang membuatku tegar. Padahal saat itu aku dan dia hanya berstatus sebagai sahabat itu pun kami berkomunikasi hanya lewat media maya. Hinga aku mulai tersadar dia bagiku bukan hanya sebagai sahabat biasa, tapi sahabat luar biasa yang mengundang jutaan bunga tumbuh di wajahku. Dan ternayata dia juga mengagapku sahabat luar biasa yang pernah membuat aku shock, kenapa dia bisa menggapku lebih padahal teman-temanku selalu mengejekku culun, maka jadilah aku wanita paling bahagia saat itu. Namun aku dan dia masih tetap menjadi sahabat seperti biasa dan kami juga tak pernah membuat janji untuk bertemu kembali di masa depan. Tapi saat itu aku sangat berharap waktu akan mempertemukan kami kembali di hari esok. Namun sayang waktu tak mendukungku. Hanya beberapa minggu saja setelah aku tahu bahwa dia bukan hanya sahabat biasa. Dia kecelakaan dan pada tanggal 5 Sepetember 2008  tepatnya hari ke tiga Ramadhon dia meninggal setelah hampir dua bulan mengalami koma. Jiwaku terguncang mendengarkan ia telah pergi bukan untuk jarak antara provinsi ke provinsi, pulau ke pulau, samudra ke samudra, yang masih bisa kujangkau dan bukan juga untuk satu hari, satu bulan, satu tahun, tapi pergi untuk selama-lamanya. Hatiku perih teramat sakit mungkin inilah yang dikatakan patah hati. Berhari-hari, berbulan-bulan bahkan sampai setahun gerimis di ujung bola mataku mengalir. Namun aku teringat dengan sebaris kalimat yang pernah ia katakan kepadaku “Sesulit apapun hidup harus tetap dilanjutkan.”
 Aku mulai memasuki dunia perkulihan. Dunia baru yang menyembuhkan luka-luka yang pernah kurawat. Aku mulai memahami tentang cinta bukanlah gerimis yang kusinggahi di ufuk retina.
“Dik, dia yang Allah ambil adalah bukti cinta Allah kepada adik, maka cintailah dia kerena Allah dengan demikian tidak akan ada luka lagi.” Nasehat salah seorang senior yang mempernalkan aku dengan dunia baruku. Dan sejak itu aku ingin belajar mencintainya karena Allah hingga hari ini kurasakan luka itu telah mengering.
Di dunia perkulihaan hidupku mulai berubah 99 % mulai dari segi berbusana yang lebih islami, berbicara yang kadang-kadang ngirit, sampai tentang lelaki Impian. Jika dulu lelaki impianku itu harus yang berwajah tampan berpenampilan keren ala selebritis. Semenjak kuliah mulai bertukar aliran dengan lelaki berjenggot tipis, berjidad hitam dengan kaca mata,  kalau bicara ke arab-arab gitu menggunakan antum, anti, ukhti, akhi, dan pandangannya selalu menunduk sampai-sampai nabrak tembok . Mungkin kerana lelaki yang kutemui di dunia perkulihan rata-rata seperti itu.
 Aku tak lagi terlalu mendambakan lelaki berwajah tampan karena aku juga tidak terlalu cantik. kalau untuk karekter  lelaki impian, aku tetap tidak berubah. Lelaki impianku tidak harus lelaki romantis yang memiliki segudang kata-kata gombal karena itu akan membuatku merasa jenuh. Lelaki impianku tidak harus lelaki yang pintar bermain gitar ataupun memiliki suara merdu. Lelaki impianku itu tidak harus lelaki sempurna karena cinta bukanlah mencari pasangan yang sempurna, tetapi menerima pasangan dengan sempurna. Lelaki impianku cukup lelaki sederhana saja. Lelaki sederhana dalam memuji kalau bahasa gaulnya nggak lebay. Lelaki sederhana dalam bercanda namun membuat tawaku renyah. Lelaki sederhana yang cuek, tapi dalam diamnya sangat peduli, setia, bijaksana dan lelaki sederhana yang mampu membuatku menjadi sempurna dengan caranya yang sederhana.  Lelaki impianku itu tidak harus seorang penulis karena bukankah hidup itu untuk saling melengkapi. Ia cukup mendukung dan memberiku jutaan inspirasi. Dan pastinya lelaki impianku itu adalah lelaki sholeh yang mengajariku menjadi sholehah.


Tidak ada komentar: