Rabu, 18 Juli 2012

Baju Lebaran


Oleh: Ematul Hasanah
            “Abah, lebaran besok Lisa ingin dibelikan baju baru!” Permintaan Lisa masih berdengung di daun telingaku
            “Iya sayang, besok akan Abah belikan.”  Ujarku menatap penuh cinta malaikat kecilku yang baru saja genap berumur 7 tahun. Meski aku sendiri tidak yakin apakah aku mampu untuk membelikannya baju baru  di lebaran kali ini. Dengan penghasilanku sebagai penjual jagung bakar selama ini hanya cukup untuk menutupi perut kami agar tak kosong.
            Aku hanya seorang penjual jagung bakar. Yang saban hari duduk berjam-jam lamanya di tepi sungai  siak. Menanti pembeli yang hanya satu, dua, bahkan kadang tak ada satupun. Apalagi di bulan ramadhan aku hanya berjualan saat mentari mulai tenggelam hingga isya menjelang.  Hingga sering kali aku pulang dengan tangan kosong. Hanya mampu memberikan janji-janji indah kepada Lisa. Satu-satu harta yang paling berharga yang kumiliki. Buah cinta aku dengan Ros, perempuan yang dulunya bahkan sampai hari ini masih kucintai. Meski ia lebih memilih untuk pergi. Karena tak sanggup hidup berlama-lama denganku dalam kondisi yang serba kekurangan. Meninggalkan  Lisa sebagai  satu-satunya  alasanku untuk tetap bertahan hidup. Dalam bentuk apapun.

Selasa, 17 Juli 2012

Tips Menulis Tere Liye


Darwis Tere Liye, siapa yang nggak kenal novelis satu ini? Kiprahnya  di dunia menulis patut diacungi jempol. Betapa tidak, ia telah menggarap  banyak judul novel, di antaranya: Semoga Bunda Disayang Allah (2007),  Hafalan Sholat Delisa (2007), Bidadari-bidadari Surga (2008), Rembulan  Tenggelam di Wajahmu (2009) dan Pukat (2010).
Novel “Hafalan Sholat Delisa” mengangkat kisah keluarga Delisa yang  selamat dari bencana tsunami Aceh. Karyanya itu kini telah difilmkan dan  diputar serentak di bioskop-bioskop Indonesia pada 22 Desember 2011  lalu.
Dalam rangka peluncuran dan diskusi novel “Marwah di Ujung Bara”  karya Rh. Fitriadi di gedung AAC Dayan Dawood, Unsyiah, Minggu  (8/1/2012) pagi, Tere Liye berkesempatan hadir menjadi salah seorang  pemateri dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Lingkar Pena  (FLP) Aceh itu.
Pria berdarah Palembang tersebut juga menjadi pemateri tunggal dalam  workshop menulis yang digelar setelah acara launching dan diskusi novel  “Marwah di ujung Bara”. Dalam workshop tersebut, ia menjelaskan beberapa  poin penting dalam menulis sebuah novel, sebagaimana yang dirangkum  dalam ringkasan di bawah ini:
Ide cerita
Ide cerita merupakan salah satu poin penting dalam penulisan novel,  namun ide yang baik selalu lahir dari sudut pandang yang spesial. “Ide  itu tidak ada yang jelek. Pada dasarnya ide itu sama, hanya saja yang  membuat ia menjadi spesial ketika penulis melihat dari sudut pandang  yang spesial,” ujarnya.
Amunisi
Seorang penulis, khususnya penulis novel haruslah memiliki amunisi  yang cukup untuk menyelesaikan “proyek” novel yang telah digarap.  Amunisi yang dimaksud Tere adalah kapasitas pengetahuan sang penulis.  Lantas bagaimana cara meningkatkan kapasitas pengetahuan? “Ya membaca  dong, tidak hanya di buku-buku, sekarang kan sudah ada internet, berita  televisi, radio, dan sebagainya. Maksimalkan dari situ,” tuturnya.

Jumat, 13 Juli 2012

Menjadi Pemuda Karya Raya


Judul                           : Muda Karya Raya
Ditulis oleh                  : Setia Furqon Kholid
Penerbit                       : Rumah Karya Publishing
Cetakan                       : ke-1, Mei 2012
Tebal                           : xv1+210 Halaman
                 Mengapa ada pemuda yang gagal dalam hidupnya. Namun di saat yang sama ada pemuda yang tampil menjadi pribadi yang sukses, penuh karya dan prestasi bahkan mandiri. Diantaranya dua pemuda yang kini karya raya. Mark Zuckerberg, salah seorang pemuda terkaya di dunia ini masih berumur 25 tahun saat merilis versi pertama program yang disebut FB. Bahkan saat kita mengetik skripsi, membuat presentasi, juga melakukan banyak aplikasi komputer, kebanyakan dari kita memanfaatkan jasa “Microsoft dan Windows. Kita pasti sudah tahu bahwa program canggih tersebut adalah ide dari seorang pemuda yang kini dikenal sebagai deretan 5 orang terkaya di dunia, Bill Gates.
                 Selain itu kita juga mengenal Ibnu Sina sudah hafal Qur’an saat usia 9 tahun dan menjadi dosen termuda di ilmu kedokteran di usia 12 tahun. Ia bukan hanya dikenal sebagai seorang ahli kesehatan dunia dengan banyak karya yang monumental, namun ia juga seorang hafidz Qur’an, penyair ulung, ahli filsafat, dan segudang ilmu disiplin lainnya.

Kamis, 12 Juli 2012

Pertemuan Senja



Senja selalu saja indah
Namun  akan lebih indah lagi
Jika esok senja tak lagi kujumpai seorang diri
Tentu saja menatap senja  bersamamu
Yang mungkin  tak pernah kenal sama sekali
Atau kita sudah saling mengenal
Hanya saja aku tak pernah tahu
Kau lah lelaki yang bersedia meminjamkan tulang rusuk untuku
Dan andai saja itu benar bukankah esok akan menjadi kejutan yang paling indah

Kau tahu aku bukanlah perempuan yang sempurna
Begitupun denganmu
Namun biarkan kusempurnakan kekuranganmu dengan sedikit kelebihan yang kumiliki
Begitupun yang kuharapkan darimu

Minggu, 08 Juli 2012

Sejenak Melepas Keluh


Aku kembali mengutuk diri menahan tangis yang tak berair mata. Entah perasaan apa yang menyusup selalu saja begini sejak dulu. Aku marah ketika tak mampu mengurai asa yang menunpuk. Marah yang tak tahu  kepada siapa mesti kutumpahkan. Merekakah ? Yang sudah menjadikan aku teramat takut. Ah bukankah itu hanya akan menjadi kesia-siaan. Mungkin saja kan kujumpai ketakutan yang lebih mengerikan lagi. Ketakutan yang mengikut-ikut mungkin karena syukur yang kurang kupahami
            Ingin sekali aku beranjak dari bumi yang telah kupijak bertahun-tahun lamanya. Pergi meninggalkan kisah untuk memulai awal cerita baru entah dimana. Tapi disana tak ada satu pun yang mengenaliku satupun. Ini hanya sekedar mimpi kosongku saja. Caraku membujuk hati biar tak larut dalam sedih. Bukan lemah hanya sekedar mengurai pilu biar tak menjadi sakit.

Sabtu, 07 Juli 2012

Teruntuk Kakak Berwajah Teduh


Pekanbaru, 7 Juli 2012
Teruntuk Kakak Berwajah Teduh
Di bumi
Lancang kuning
Kakak....
Kutulis surat ini dengan segenap rasa syukur,sebentuk rasa kagum, dan seribu rasa rindu. Berharap kau masih tetap meneduhkan sama seperti dulu beberapa tahun yang tertinggal  saat pertama kali kau menyapaku.
            “Dik, tidak ikut agenda keputrian?” Sapamu seiring senyum ramah yang tumbuh di wajah teduhmu.  Namun pesona teduhmu hanya kujawab  dengan senyum hambar. Karena memang di awal perkulihan kondisi hatiku selalu saja buruk. Setelah menumukan luka di persimpangan hidupku membuatku lebih memilih sunyi. Tapi takdir selalu saja mempertemukan kita untuk angka ke dua, ketiga, bahkan seterusnya. Dan kau selalu menawarkan hal yang senada mengajakku ikut dalam agenda keputrian. Yang waktu itu sama sekali tak kupahami.
            “Dik, ikut keputrian yuk!” Tawarmu kali ini sedikit memaksa dengan menggandeng tanganku. Sebenarnya bukan bentuk pemaksaan, tapi lebih tepatnya keakraban yang ingin coba kau jalin. Entah mengapa hari itu aku seperti anak kecil yang begitu penurut mengikuti langkahmu menuju agenda keputriaan yang banyak kutemukan wajah-wajah perempuan teduh sepertimu. Mereka begitu ramah menyambut kehadiranku, keramahan yang belum pernah kutemukan dimanapun.  


Kakak.....
 disana lah bermula cerita baru dalam hidupku. Saat pembagian kelompok di penghujung acara yang dinamakan mentoring. Dan lagi-lagi takdir mempertemukan aku denganmu. Kau lah pembinaku yang kemudian mengenalkan aku pada tarbiyah.  Membentuk lingkaran halaqah setiap pekannya. Membaca al-qur’an, menyetor hapalan, bertanya kabar, bercerita siroh, bahkan bercerita hal yang pribadi sekalipun. Dan aku mulai mengeja warna yang tak lagi membuatku sunyi.
Kakak....
sungguh  pertemuan duduk melingkar dalam sekali seminggu itu selalu saja membuat hatiku hangat. Bersama rasa kagum yang membuncah saat kau begitu bersemangat bercerita tentang islam. Hingga terbesit di benakku aku ingin menjadi perempuan sepertimu. Dan aku hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja kuputuskan untuk berhijab rapi. Seperti yang tak pernah jenuh kau sampaikan di setiap pertemuan kita “ Hanya dengan berhijab perempuan akan mulia di mata Allah”