Dulu ketika masih menggunakan seragam putih dongker
lelaki impianku adalah lelaki yang berwajah tampan dan berpenampilan keren
maklum saja puber pertama jadi wajah adalah syarat utama. Dan aku sudah
menemukan lelaki impianku ketika masih kelas 1 SMP. Lelaki itu adalah teman
sekelasku, bukan hanya tampan, tapi juga pintar yang menjadi ketua kelasku saat
itu. Semakin sempurnalah dia dimataku. Tapi aku hanya secara sembunyi-sembunyi
menyukainya. Jangankan harus berbicara langsung dengannya, berpapasan tanpa
sengaja saja keringat dinginku berguguran karena grogi. Berbulan-bulan aku
menyembunyikan rasaku karena sepertinya dia juga tidak respon denganku malah
dia mendekati teman sebangku ku. Hingga akhirnya aku tahu ternyata dia menyukai
teman sebangku ku bukan aku.