Sabtu, 26 Februari 2011

Rembulanku Tanpa Bintang



Rembulanku tanpa bintang tetap bercahaya, tetap meneduhkan
Dengan sorot mata yang tidak pernah pudar memancarkan cinta
Rembulanku tanpa bintang terus melawan kabut yang kian menebal
Membunuh malam yang kian kelam yang menyesakkan di bola matanya
Rembulanku tanpa bintang menjelma menjadi angin bisikkan tentang asa
di ranting mimpi yang hampir rapuh
Dan aku selalu bersama rembulan lewati beribu hari walau tanpa bintang
Hingga pagi akan datang
Rembulanku berharap aku menjadi mentari memembingkai bahagia
Walau tanpa bintang

Rumah Pelangi



Rumah pelangi
Aku pernah mersakan kehilangan , kegagalan, kecawa, terpojokkan, terpuruk dan sendiri hingga gerimis yang selalu mengguyur jiwaku. Membasahi sekeping hatiku yang luka. Dan seketika aku berubah menjadi pribadi yang aneh. Suka menyendiri, mudah tersinggung dan menangis sendiri. Berbulan-bulan aku seperti jasad yang berjalan tanpa roh. Ingin kupungut kembali asa yang tercecer, tapi luka itu terlalu dalam merenggut ceriaku. Aku butuh tangan-tangan lembut untuk membalutnya karena aku tak mampu menyembuhkannya sendiri. Hingga suatu hari aku tersesat di sebuah rumah. Rumah pelangi begitu aku menamainya. Di sana ada yang memahamiku, tidak memojokkanku, di sana ada yang menggapku ada dan meletakkan seulas senyum di wajahku yang hampir pudar. Perlahan-lahan aku aku mulai menemukan jiwaku kembali dengan warna-warna bahagia yang beratapkan mimpi dan berdinding ukuwah. Telah kutemukan di sini di rumah pelangi. Sekarang lihatlah gerimis itu mulai jada. Aku mulai berdiri dengan senyum yang merekah di langit impian dan segenggam mimpi yang mulai kugenggam. Terima kasih ya Rabb telah kau gantikan yang telah hilang dengan rumah pelangi tempatku kembali merenda bahagia dan izinkan kumesumkan warna-warna pelangi yang telah terakit di lembar diary nirwana dalam sebait doa. Jangan biarkan warnanya memudar hingga ku temukan kembali cahayanya di FirdausMu.

Jumat, 11 Februari 2011

Bersamamu Melukis Warna Pelangi



Tiga tahun yag lalu ketika kegagalan demi kegagalan meruntuhkan istana mimpiku.ketika kehilangan demi kehilangan menenggelamkanku di lautan duka. Ketika luka demi luka menghampiriku yang membuatku begitu terpuruk. Dan sendiri adalah pilihanku saat itu.Melewati mendung hari-hariku dan gerimis yang tak henti mengalir di sungai kecil pelupuk mataku. Sampai suatu hari dia hadir. Irma suraya. Seorang mahasiswi di salah satu perguruaan tinggi negri yang berada di sumatra utara. Aku mengenalnya melalui sebuah situs jejaring sosial friendster. Kemudian seperti ada sesuatu yang menarik-narik jiwaku untuk lebih mengenalnya dan komunikasipun berlanjut melalui via hp. Seiring berjalannya waktu persahabatan mulai tumbuh walau hanya lewat sederet kata dan sebait kalimat. Aku mulai berbagi cerita dengannya tentang kisahku yang masih saja menyesakkan dadaku. Tentang luka yang masih saja mengalir di ujung bola mataku bahkan ikut mengalir di setiap tulisanku yang selalu bernada sendu.
Dia tidak pernah bosan mendengarkan keluhanku. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun tahun menceritakan masalah yang sama. Dia selalu meluangkan waktunya untuk membalas smsku sekedar untuk memberi solusi dari masalah-masalahku. Hingga setiap solusi yang ia berikan menjadi sebuah pelampung untukku berenang ke tepian saat aku tenggelam di lautan duka masa lalu. Dan bersamanya aku mulai melukis warna pelangi yang nyalakan kembali merah semangatku, jingga mimpiku, dan warna-warna asaku yang mulai bermekaran di langit impian. Hingga aku mampu berdiri di atas kenyataan dengan luka yang mulai kupahami hikmahnya.Jika dulu smsku dengannya selalu beraromakan luka dan air mata, tapi sekarang aromanya telah berubah menjadi canda dan tawa karena lukaku telah pulih, jiwaku telah kembali, dan ceriaku yang telah merekah.
Terima kasih ukhti telah mau mendengarkan keluhanku yang setinggi gunung. Terima kasih telah memberikan sebatang kayu untukku berpegang agar aku tidak jatuh kembali saat ombak kian deras. Terima kasih telah mau berbagi denganku. Dan terima kasih telah ingin menjadi sahabatku. Bagiku kau bukan hanya sebatas teman ataupun sahabat, tapi kau adalah saudaraku yang disatukan dalam sebuah ikatan yang bernama ukuwah biarkan ku ukir persahabtan kita di atas bebatuan agar tidak ada yang mampu menghapusnya dan Ingin ku katakan pada semesta bahwa berteman denganmu adalah indah. Bersaudara denganmu adalah anugerah. Semoga persahabtan yang telah kita bangun hampir tiga tahun ini, tidak hanya persahabatan di dunia maya. Aku berharap suatu hari nanti di dunia nyata kita akan tetap menjadi sahabat dan melukis warna pelangi yang lebih indah lagi.

Sabtu, 05 Februari 2011

Tentang mimpi




Jika ditanya tentang mimpi tentu saya akan menjawab saya bermimpi ingin menjadi penulis yang punya karangan sendirei+best seller dibaca semua orang. Alangkah bahagianya saya jika mimpi itu menjadi kenyataan dan saya akan lebih bahagia lagi. Jika nanati saya punya uang yang banyak dan masuk nomonasi orang terkaya seindonesia hehehe. Ngomong-ngomong sejak kapan ya saya bermimpi ingin menjadi penulis. Apa sajak mengenali dia? Ehm dia siapa ya? Pura-pura nggak tau dululah. Saya juga tidak tau sejak kapan mimpi itu tumbuh,. Setau saya sejak smp saya udah suka ngayal eitssssss…ini ngayal bukan asal,tapi ngayal yang menghasilakan karya. Kemudian hobi saya berlanjut ke sma. Tapi sewaktu sma cerpen-cerpen saya hanya dijadikan lelucon sama teman-teman maslahnya bahasa cerpen saya menggunakan bahasa Indonesia raya(ocu+Indonesia raya). Kadang kalau saya baca kembali cerpen-cerpen saya yang dulu sayapun ikut tertawa geli. Tapi walaupun hanya dijadikan bahan lelucon saya tetep semnagat nulis sampai-sampai teman saya jadi ikutan nulis.dan ketika saya memasuki perkulihaan sekitar semester tiga saya bergabung dengan komunitas penulis flp cabang pekanbaru. Nah semenjak itulah saya mulai mengasah bakat menulis dan mulai membuat target-target. Dan alhmdulilah target 2010 kemaren tercaoai. Targetnya tulisan saya harus tembus Koran local dan yang paling tidak saya sangka kejutan akhir tahun, cerpen saya termasuk tiga terbaik dalam lomba menulis cerpen remaja seriau. Bukan hanya saya yang bahagia,. Teman, saudara,dan ibu juga ikut bahagia. Langkah awal yang cukup manis. Sekarang saatnya terbang lebih tinggi lagi. Menyusun target 2011. tulisan saya harus tembus majalah dan masuk antologi. Target 2012 harus punya buku. Bisa nggak ya? Yakin bias karena sukses itu hanya milik orang yang percaya diri dan optismis.
Truss kapan donk wisudanya ma? insyaAllah 2012 sudah serjana kemudian lanjut S2. ada tiga pilihan. Bandung, jogja, padang. Nanti S3 nya baru ke luar negri ke jepang atau ke korea gitu. Sepertinya ada sesuatu yang penting yang terlupakan ni ma. Menikah? Kapan ya? Tunggu saya banyak hapalan dulu, banyak binaan dan yang paling penting harus pintar masak dulu. Hmm rencanya sih akhir tahun 2012, tapi kat ibu saya harus kerja dulu baru boleh nikah. Ibu saya tega padahal anaknya udah ngebet nikah hehe. Kalau maslah ikhwannya siapa saja boleh. Ikhwan jawa,padang, riau, medan, apalagi ikhwan korea boleh, boleh(emang ada ya ikhwan korea ma) berharap sih nantinya gu jun pyu, baek song jo atau lee ming rio berubah jadi ikhwan dan datang ke Indonesia untuk melamar ematul hasanah haha ngigau.com. yang penting ikhwannya satu visi, misi,fikrah dan yang paling penting dia setiaaaaaaaaa sampai ke syurga. Loh ko’ cerita nikah ya? Hmmm itu kan juga termasuk mimpi,tapi untuk season ke dua. Untuk lebih lengkapnya kita sambung lain waktu ya.^_^

Cinta Untuk Amira



Aku menatap wajahku di depan cermin. Seulas senyum manis merekah di bibirku dan wajah yang kian memerah. Hanya tinggal menghitung hari lagi setengah dienku akan terpenuhi. Seminggu yang lalu aku telah menerima pinangan seorang leleki yang insyaAllah soleh karena aku telah mengenalnya sejak empat tahun yang lalu. Ia adalah seniorku ketika aku masih duduk di bangku perkuliahan. Muhamad farhan. Siapa yang tidak mengenalinya seorang aktivis kampus yang selalu jadi pemateri di setiap acara seminar. Bukan hanya soleh, tapi juga cerdas dan berkhrismatik hingga banyak wanita yang menaruh hati padanya, temasuk aku sendiri menyimpan sebentuk rasa padanya, rasa yang baru pertama kali kutemui. Tapi yang bisa kulakukan hanya menyimpan rasa itu dan mengikuti setiap kegiatan kampus yang di ikuti kak Farhan. Hingga aku tersesat di dunia cahaya, begitu aku menamainya. Dunia yang menarik jiwaku untuk menjadi lebih baik. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk berhijab.

Perlahan aku mulai menghapus rasa yang pernah kusimpan untuk kak Farhan karena belum saatnya aku membiarkan rasa itu tumbuh merekah.
“Kalau memang jodoh pasti Allah akan menyatukannya juga.” Begitu pikirku saat itu.
Dan semenjak kak Farhan menyelasaikan S1 nya aku tidak tau lagi bagaimana kabarnya dan rasa itupun mulai redup. Tapi seminggu yang lalu rasa itu kembali menyala setelah aku tahu yang meminangku adalah Muhammad farhan, seniorku.
“Amira!” Panggil ibu.
“Iya bu.” Jawabku menuju kea rah ibu.
“Tolong jemput adikmu di sekolah, ibu lagi ada tamu.”
“Oke deh,” kataku masih dengan senyuman manis.
***
Kulajukan motor yang kubawa dengan hati yang masih berbunga-bunga. Tidak sabar rasanya aku menunggu hari bahagia itu. Kutambah lagi kecepatan motor seperti ingin mengejar waktu. Tiba-tiba dari arah depan ada mobil dengan kecepatan yang sama. Aku tidak bisa menghindar lagi. Seketika aku terjatuh.
“Ibu, Amira dimana?” Tanyaku ketika sadar.
“Di rumah sakit nak.”Jawab ibu dengan mata sembab
Aku mencoba untuk duduk dan aku raskan kaki sebelah kananku sangat sakit. Aku coba untuk menggerakkannya, tapi tidak bisa.
“Kaki Amira kenapa bu?” Tanyaku dengan mata berkaca-kaca.
Ibu hanya diam kemudian menangis sambil memelukku.
***
Assalamu’alaikum
Kak, carilah wanita lain sebagai pendamping hidup kakak.
Kukirimkan pesan singkat itu ke nomor kak Farhan dengan uraian air mata.
Tidak pantas rasanya aku menikah dengan kak Farhan dengan kondisiku yang cacat. Kecelakaan itu telah membuat kaki sebelah kananku patah. Butuh waktu tiga atau empat tahun untuk sembuh kembali. Tidak mungkin aku meminta kak Farhan untuk menungguku dalam waktu yang begitu lama sedangkan di luar sana masih banyak wanita solehah yang pantas untuknya. Aku tau ini sakit, tapi biarlah karena aku yakin Allah telah mempersiapkan sebuah cinta untukku.
***
Aku tertunduk di ruang keluarga. Tidak berani menatap ke depan karena kak Farhan dan keluarganya ada di hadapanku.
“Mungkin kedatangan mereka untuk membatalkan pernikahan itu.” Tebakku.
“Semenjak kecelakaan yang menimpa Amira entah berapa kali aku melakukan istikarah kembali.” Kak farhan memulai pembicaraan
“Setiap kali aku melakukan istikarah selalu kutemukan jawaban yang sama,” hening sejenak.
“Amira anantasya izinkan aku untuk tetap menikahimu.”
Seketika air mataku jatuh dengan melafazkan syukur tiada henti lalu mengaguk.
“Alhamdulilah,” ucap semua yang berada di ruangan.